Diposting : 16 July 2019 14:33
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
balitribune.co.id | Nusa Dua - Pengelola kawasan Nusa Dua, Badung berkeinginan untuk menggarap potensi music tourism atau wisata musik yang mampu menarik kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara. Salah satu konsep music tourism yang sudah mulai digarap oleh pengelola kawasan adalah Bali Blues Festival (BBF).
Festival musik bergenre blues itu ternyata banyak diminati oleh anak-anak muda yang baru belajar sebagai musisi. Sehingga event pariwisata ini ke depannya akan terus dikembangkan agar semakin menyedot kunjungan wisatawan ke Pulau Peninsula Nusa Dua. Demikian disampaikan Direktur Konstruksi dan Operasi ITDC, Ngurah Wirawan saat pembukaan BBF 2019 di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Badung, Sabtu (13/7).
ita ingin pariwisata itu tidak sekadar alam, budaya dan atraksi-atraksi mind made atau buatan dari pikiran manusia seperti GWK tapi kita juga ingin musik dikembangkan," katanya.
Pasalnya penggemar musik ada di seluruh negara di dunia, peluang untuk mendatangkan mereka ke Bali pun cukup tinggi. Apalagi nantinya wisatawan mengenal Bali dengan branding music tourism, hal tersebut akan semakin memperkuat pulau ini sebagai destinasi internasional dengan berbagai atraksi wisata mulai dari budaya, alam, kuliner, buatan manusia, musik, olahraga dan lainnya.
"Jika dilihat dari apa yang ada di kawasan Nusa Dua agak sulit mengembangkan sport tourism di outdoor karena keterbatasan lahan. Namun di Mandalika ini memungkinkan. Sehingga yang bisa kita lakukan di kawasan Nusa Dua adalah atraksi-atraksi berbasis budaya dan konser musik dan sejenisnya," jelas Wirawan.
Namun kata dia untuk mengembangkan music tourism ini diperlukan dukungan dari seluruh stakeholders (musisi Bali dan masyarakat) serta pemerintah daerah dan pusat. "Kami perlu dukungan untuk membranding Bali Blues Festival sebagai tradisi di Bali," harapnya.
Lebih lanjut Wirawan mengatakan, terkait BBF nantinya akan menjadi music tourism kebanggaan masyarakat Bali yang ada di Nusa Dua. Sebab untuk jenis musik lainnya sudah menjadi branding daerah lain seperti Java Jazz di Jakarta dan Prambanan juga memiliki Jazz sendiri.
"Nah, Blues ini menurut saya bisa menjadi brandingnya Bali. Mari kita sama-sama gotong royong membranding Bali sebagai destinasi wisata musik, paling tidak kita sudah mulai dari 5 tahun ada Blues. Jangan sampai hilang. Kita di ITDC menyediakan tempat dan pihak lain mengundang pemusik dan mencarikan sponsor. Kita harus bisa mengejar Bali Blues itu nasional dan dunia," jelasnya.
Wirawan berharap ke depan pelaksanaan BBF makin banyak mendatangkan wisatawan dengan meningkatkan promosi dan sosialisasi karena kenyataannya berdasarkan evaluasi belum banyak yang tahu di Bali ada Festival Blues. "Jika jauh sebelumnya sudah disebarluaskan di media sosial, Bali Blues tahun depan pasti orang akan berduyun-duyun datang ke Bali nonton," cetusnya. (u)