Gianyar, Bali Tribune
Sebagai petugas pendidik di Perguruan Tinggi Seni, seorang dosen juga dituntut berkarya, untuk menunjukkan eksistensi diri sebagai praktisi seni. Membuktikan itu, 26 dosen ISI Denpasar unjuk kebolehan dalam pameran bertajuk “Poem of Colors”, yang diselenggarakan mulai Selasa (26/7) hari ini hingga 26 Agustus mendatang, di Museum Neka. Dalam pameran ini, meraka sengaja mengangkat Teman ragam warna . sebagai refleksi warga kehidupan.
Ketua Panitia I Made Ruta menyebutkan, pameran ini sebagai jawaban atas kerinduan para dosen ISI untuk tampil bersama. Khususnya pendidik di lingkungan Program Study Seni Murni d FSRD ISI Denpasar. Pameran kali ini memang secara khusus mengetengahkan tentang warna dalam beberapa sudut pandang. Mulai dari warna dalam kenyataan kasat mata, dalam konteks keragaman budaya serta warna sebagai repgfelsi sosiologis. “Konsep warna ini memang bermakna jamak. Namun yang terpenting bagaimana dapat dieksplorasikan menjadai bahasa rupa secara aritstik dan bahasa rupa,” terangnya sembari menunjukkan salah satu karya yang ikut dipamerkan, Senin (25/7).
Peserta lainnya, Ni Made Rinu menyebutkan bahwa pemeran ini merupakana darma keempat yang sangat penting. Karena hanya dengan gelar seni seorang dosen dapat menjawab sekaligus membuktikana dirinya sebagai prakstisi seni yang selama ini digeluti. ”Seoarang dosen juga dituntut piawai dan berdedikasi dalam praktek seni,” ujar Rinu yang menjabat Dekan SFSRD ISI Denpasar ini.
Setelah mengamati karya-karya yang akan ditampilkan, pengamat seni Jean Counteau menyebutkan jika pameran ini terbilang berharga. Apalagi lembaga seni kebanggaan Bali ini bekerja sama dengan Museum Neka yang dedikasinya untuk pengembangan seni dan budaya sudah terbuktikan. “Pameran ini telah menunjukkan jika dunia akademis semakin terbuka. Membangkitkan kesadaran bahwa seni memiliki problematika yang sangat komplkes,” terangnya.
Sementara dari amatan karya, Couteau melihat banyak karya yang telah membuatnya terpesona. Tanpa menyebut nama perupanya, dirinya mengaku jika salah satu karya yang ditampilkan, telah berhasil memberikan kedamaian.
Pemilik Musuem Neka, Pande Sutedja Neka melihat pameran ini sangat penting bagi hubungan antara museum dengan lembaga pendidikan. Karena dua lembaga ini sama-sama memiliki peran penting dalam mengembangkan pendidikan seni di tanah air. “Terlebih tema yang di agkat adalah sangat matching dengan ungkapan sang Maestro Arie Smit dengan istilah Pusi warna. Kegiatan ini sungguh kami apresiasi, sekaligus sebagai gelar seni serangkaian ulang tahuan Museum Neka yang ke-34,” bangganya.