BALI TRIBUNE - Hujan deras yang terjadi beberapa jam pada Selasa (23/1) malam, kembali menyebabkan banjir melanda permukiman warga di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Jembrana. Puluhan jiwa penduduk setempat yang rumahnya terendam banjir harus dievakuasi ke lokasi yang aman.
Kepala Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, I Gede Utamayasa ditemui di lokasi Rabu (24/1), mengatakan sebanya lima KK warganya yang tinggal di daerah langganan banjir tersebut Rabu dini hari terpaksa diungsikan karena rumah mereka terendam banjir dengan ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa atau lebih dari satu meter.
Ia bersama sejumlah warga setempat mengaku awalnya tidak mengira akan terjadi banjir, karena hujan yang terjadi Selasa malam itu hanya beberapa jam dibandingkan hujan Senin (22/9) sore yang turun hingga Selasa dini hari. Namun pukul 23.00 Wita, lanjut Utamayasa, air Tukad Samblong dan Tukad Yeh Kuning sudah penuh dan perlahan meluap menggenangi permukiman warga.
“Jam 12 malam warga mulai diungsikan ke Balai Tempek III Werdi Cita Banjar Adat Samblong yang tidak terkena banjir. Saat itu air sudah setinggi pinggang merendam enam rumah warga. Karena air cukup tinggi, warga dijemput dan dievakusi menggunakan dua perahu karet dari BPBD Jembrana,” ungkapnya dan menambahkan ada dua KK yang tidak mengungsi karena bangunan rumahnya cukup tinggi.
Menurutnya, banjir terjadi hanya beberapa jam saja. Air sudah mulai surut sekitar pukul 03.00 Wita kendati hingga Rabu kemarin sejumlah lokasi yang rendah termasuk rumah milik Wayan Warnen serta jalan, persawahan subak Samblong dan lokasi proyek Sirkuit Makepung Sio-Sio Samblong milik Pemkab Jembrana masih tergenang air.
Setelah air dipastikan surut, seluruh warga yang sempat diungsikan sekitar pukul 06.00 Wita sudah bisa kembali ke rumahnya masing-masing. Luapan sungai Yeh Kuning ini juga sempat merendam permukiman warga Desa Air Kuning, Jembrana.
Perbekel Air Kuning, Samanhuri dikonfirmasi mengatakan setelah air sungai meningkat pukul 23.00 Wita sebanyak 14 KK warganya yang tinggal di pinggiran sungai tersebut rumahnya terendam banjir.
“Air setinggi satu meter menggenang hingga di utara SMPN 5 Negara. yang terendam ada 7 KK di Banjar Anyar dan 7 KK di Banjar Tengah, tapi tidak ada yang diungsikan karena masih bisa bertahan di rumah masing-masing,” ungkapnya.
Ia mengakui wilayahnya itu kini menjadi langganan banjir setelah tanggul sungai tersebut jebol beberapa tahun lalu. “Setiap air sungai banjir pasti pemukiman warga kami itu terendam,” imbuhnya.
Bahkan menurutnya, jebolnya tanggul pengaman sungai tersebut terus melebar ke barat. Selain mengancam permukiman warga, jebolnya tanggul sungai yang semakin parah ini dikhawatirkan akan mengancam jembatan Air Kuning yang mengghubungkan wilayahnya dengan Kelurahan Sangkaragung.
Kepala Dinas PUPRPKP Jembrana, I Wayan Darwin ditemui di lokasi menyatakan, penyebab wilayah pesisir ini sejak dulu menjadi langganan banjir adalah selain lokasinya di hulu yang menjadi pertemuan dua daerah aliran sungai (DAS) juga dipengaruhi pasang surut air laut dari Muara Perancak.
“Semalam air sungai meningkat bersamaan dengan air pasang yang arusnya lebih kuat sehingga menahan laju air sungai dan menyebabkan rob yang meluap ke daratan, padahal Senin malam hujannya lebih lama dan air sungai juga meningkat tapi pasang air lautnya tidak tinggi,” paparnya.