BALI TRIBUNE - Sehari sebelum Pelebon Agung Puri Agung Ubud, pemasangan atap tumpang sembilan menara bade berketinggian 28 meter, menyedot perhatian ribuan warga dan wisatawan, Kamis (1/3). Persiapan pemasplasan, patung lembu yang megah dan berukuran jumbo, juga ditempatkan berdampingan sekaligus untuk dijadikan tontonan wisata, sebelum dibakar pada Jumat (2/3) hari ini.
Ratusan krama adat Ubud, sejak Kamis pagi sudah menyiapkan sarana utama upacara Pelebon Agung atau prosesi kremasi mendiang istri pertama Raja Ubud, Anak Agung Niang Agung. Rangkaian upacara besar dan jarang dilaksanakan ini pun menyedot perhatian warga dan wisatawan asing. Terutama saat proses pemasangan atap menara bade raksasa berketinggian 28 meter dengan bobot 10 ton itu.
Dengan proses yang alot dan berhati-hati, warga bergotong-royong melakukan pemasangan atap tumpang sembilan di ketinggian 20 meter. Mulai dari penggeseran posisi bade hingga pengangkatan tumpang melalui tragtag/tangga.
”Detik-detik menegangkan terjadi beberapa saat, namun kemudian disambut aplaus semua orang yang menyaksikan. Dari proses awal hingga tumpang terpasang, wisatawan tak menyia-nyiakan kesempatan ini. ” It’s first time, I see ceremony with a big tower. Every body work and have skill fo what they do,” ungkap wisstawan asal Jerman yang mengaku bernama Chris.
Usai itu, patung lembu hitam yang megah dan berukuran besar dengan bobot 6 ton turut digeser dan ditempatkan berdampingan. Sehari sebelum diarak menuju kuburan, sarana kremasi agung ini pun dijadikan tontonan wisatawan. ”Kebetulan hari ini cukup cerah, persiapan pemasplasan kami laksanakan lebih awal. Karena besok pagi seluruh penyandang dari 12 banjar akan melakukan persembahyangan sebelum pengarakan. Di saat bersamaan dilaksanakan proses pemasplasan,” terang Bendesa Agung Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa.
Ditambahkan oleh salah satu putra mendiang, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, pada kesempatan ini, penempatan sarana Pelebon ini juga diharapkan menjadi bonus tontonan budaya bagi wisatawan yang berkunjung ke Ubud. Karena itu, dalam waktu sehari ini, keluarga Puri Agung Ubud mempersilakan warga masyararat maupun wisatawan untuk mengabadikan sebelum dibakar di Kuburan Dalem Puri, Desa Adat Peliatan.
Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali ini menyebutkan, Pelebon Agung Ubud ini juga dijadikan momentum untuk meningkatkan promosi pariwisata dan pengenalan destinasi wisata Indonesia, khususnya mengenai pesona budaya Bali, oleh Kementerian Pariwisata. Upaya ini pun sangat efektif, karena dari sepekan terakhir tingkat hunian wisatawan di Bali, khususnya Ubud meningkat tajam. ”Penginapan yang berlokasi di radius satu kilometer dari lokasi upacara, huniannya kini mencapai seratus persen,” pungkasnya.