balitribune.co.id | Gianyar - Budaya cuci tangan yang diterapkan selama Pandemi Covid-19 ini, rupanya tidak signifikan pengaruhnya terhadap pemanfaatan Air PDAM Gianyar. Karena tidak sebanding dengan turunnya pemanfaatan air di sektor pariwisata seperti Hotel, Villa, Resto hingga rumah tangga. Bahkan perusahaan plat merah ini mencatatkan penurunan pendapatan yang cukup drastis yakni mencapai Rp 700 juta perbulan.
Dirut Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar (PDAM Gianyar), Made Sastra Kencana, Rabu (24/6) menyebutkan, budaya cuci tangan dalam menjalankan protokol kesehatan di Pandemi Covid-19 ini, tidak mempengaruhi peningkatn pemanfaatan air. Justru, dalam tiga bulan terakhir ini, pemanfaatan air PDAM disebutkan penurun drastis. Sebelum Pandemi, pendapatan PDAM mencapai Rp 7,6 miliar per bulan. “Selama masa pandemi mengalami penurunan Rp 500-700 juta sejak kuartal pertama penurunan pendapatan dari Rp 500 juta sampai Rp 700 juta per bulan sejak April sampai saat ini,” ungkapnya.
Ditegaskan, penurunan pendapatan ini bukan semata lantaran program penghapusan sanksi denda untuk keterlambatan perbayaran. Namun, masyarakat saat ini disebutkan memang mengurangi pemanfaatan air. Belum lagi, akomodasi pariwisata tidak menggunakan air karena tidak beroperasi. Jikapun memakai, hal itupun hanya sedikit.
“Konsumsi air turun karena pelanggan hemat air, niaga juga turun pemakaiannya, dan hotel-hotel juga tidak pakai air,” ujarnya.
Meski demikian, Sastra mengatakan kondisi penurunan pendapatan tersebut tidak berpengaruh signifikan. Sebab hingga saat ini, biaya operasional lebih kecil dari pendapatan. Pihak menegaskan, penurunan ini tidak berarti rugi. Karena kerugian rugi terjadi jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan. Sementara Dalam anggaran saat ini, biaya yang dikeluarkan masih dibawah atau lebih kecil dari pendapatan.