Sepekan Hasil Mobile VCT , KPA Jembrana Temukan Cewek Cafe dan WBP Positif HIV | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 27 Desember 2024
Diposting : 2 May 2018 18:22
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
sex
TES HIV - Pekerja cafe remang-remang di Delodbrawah dan Gilimanuk jalani test HIV.

BALI TRIBUNE - Ancaman penularan HIV-AIDS kini kian mengkhawatirkan. Posisi wilayah Jembrana yang strategis sebagai pintu gerbang masuk Bali serta menjadi jalur pelintasan antar pulau sangat berpotensi dalam penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS.

Menjamurnya keberadaan tempat hiburan malam seperti café remang-remang menjadi populasi kunci dalam penularan HIV/AID di Jembrana.  Selama sepekan hasil mobile Voluntary Conceling Test (VCT) yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jembrana kembali menemukan empat orang yang positif HIV dan empat orang mengidap spilis.

Ketua Pelaksanan KPA Kabupaten Jembrana, dr. I Putu Suasta didampingi Sekretaris KPA Kabupaten Jembrana, dr. I Gusti Bagus Oka Parwata dikonfirmasi, Selasa (1/5), mengakui pihaknya kembali menemukan kasus baru positif HIV di Kabupaten Jembrana. Kasus baru tersebut ditemukan saat pelaksanaan kegiatan mobile VCT yang dilaksanakan pekan lalu.

Selama sepekan pihaknya menyasar dua wilayah yang menjadi populasi kunci penyebaran HIV/AIDS di Jembrana, yakni Desa Delodbrawah, Mendoyo dan Kelurahan Gilimanuk, Melaya. “Sepekan yang kami sasar di dua lokasi itu adalah para pekerja café. Kami bersama Puskesmas yang mewilayahi bekerja sama dengan para pengusaha café untuk melakukan VCT terhadap pekerja café,” jelas Kadis Kesehatan Kabupaten Jembrana ini.

Ia menyebut keberadaan para cewek café yang ada di Jembrana juga tidak sedikit yang nyambi sebagai wanita penjaja sex (WPS). Namun karena di Jembrana tidak ada lokalisasi sehingga waitres café kerap menjadi WPS tidak langsung.  Dari hasil konseling dan testing VCT yang dilakukan petugas VCT Puskesma II Melaya di Gilimanuk terhadap 20 pekerja café yang ada di kelurahan ujung barat pulau dewata ini pihaknya menemukan 2 orang yang hasil testnya reaktif HIV dan 2 orang spilis. Sedangkan hasil konseling dan testing VCT yang dilakukan petugas VCT Puskesmas II Mendoyo di Pergung terhadap 41 pekerja café di kawasan wisata pesisir Desa Dolod Berawah juga menemukan 1 orang yang reaktif HIV dan 2 orang spilis. “Populasi kunci ini merupakan komunitas yang berpotensi tinggi serta dengan cepat menularkan IMS serta HIV-AIDS,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa seluruh pekerja café yang positif HIV/AID tersebut merupakan WPS tidak langsung dan merupakan orang luar Jembrana yang memiliki mobilitas tinggi. “Cewek café yang positif itu orang luar Jembrana dan mobile tidak menetap di Jembrana, mereka bisa datang dan keluar Jembrana setiap saat, ada yang indekost dan memang belum pernah ditest VCT. Mereka tidak mungkin datang ke Puskesmas untuk VCT, sehingga kami yang turun ke populasi kunci,” paparnya.  

Selain  menyasar populasi kunci tersebut, pihaknya bersama Puskesmas I Negara di Kaliakah juga menyasar para narapidana yang menghuni Rutan Kelas II B Negara di Kelurahan Baler Bale Agung. Dari hasil konseling dan testing VCT terhadap 40 sampel Warga Binaan Pemasyarakatan ditemukan hasil 1 orang reaktif HIV. “WBP yang dirutan itu laki-laki dan asalnya juga dari luar Bali,” ungkapnya.

Ia tidak memungkiri orang yang positif  HIV tersebut sebelumnya juga telah menularkan HIV di beberapa wilayah termasuk juga di Jembrana. “Ancaman bahaya penularan HIV/AIDS ini belum hilang apalagi WPS yang ada berpindah-pindah, sehingga semua orang harus diwaspadai dengan memproteksi diri agar terhidar dari penularan HIV/AIDS ini,” jelasnya.

Dari data yang diperoleh di KPA Kabupaten Jembrana jumlah kasus HIV positif yang ditemukan pada tahun 2017 lalu mencapai 107 orang dan kasus terbaru hingga Maret 2018 sudah mencapai 27 orang dengan HIV positif. Pihaknya kini juga mewajibakan ibu hamil untuk test HIV agar menyelamatkan bayi dari penularan HIV. “Dari 895 kasus komulatif, hingga Maret 2017 yang ambil ARV hanya 290 orang. Sebagian sudah meninggal karena berobat tidak teratur atau putus berobat. Sedangkan yang rutin berobat setiap hari masih hidup produktif walaupun tetap beresiko menularkan melalui hubungan sex yang tidak sehat,” tandasnya.