Tabanan, Bali Tribune
Satu lagi kisah pilu dialami bayi di Tabanan, yakni Ni Kadek Ayu Lopita Puspakirani. Bocah berusia 2 bulan di Banjar Alas, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan ini harus menjalani hari-hari dengan tangis karena menderita pembengkakan pada kakinya.
Saat wartawan berkunjung ke rumahnya, Ni Kadek Ayu Lopita Puspakirani sedang digendong ibunya, Ni Komang Ayu Puspa Kariani (19), yang ditemani oleh sang nenek dan kakeknya, Ni Wayan Suarniti (43), dan Wayan Sunadi Yasa (45).
Sang ibu menceritakan kalau kondisi anaknya merupakan bawaan dari lahir. kondisi Lopita tidak sempurna, dimana ia terlahir tidak memiliki telunjuk jari kanan dan jari tengah pada tangan kirinya. Pada kaki kiri Lopita juga nampak cekingan sehingga telapak kakinya membengkak. “Waktu di kandungan kakinya itu terlilit tali pusar,” ungkap Ni Komang Ayu Puspa Kariani, Kamis (4/8).
Ditambahkan Puspa, akibat pembengkakan tersebut, Lopita kesakitan sehingga sering kali menangis, apalagi umurnya masih sangat kecil. Hal tersebut jelas membuat dirinya tak tega melihat isak tangis putri kecilnya itu. “Setiap pagi dan malam itu pasti menangis karena sakit. Saya tidak tega melihatnya,” ujarnya.
Menurut Puspa, untuk pengobatan, anaknya sudah dibawa berobat ke RS Sanglah, Denpasar. Bahkan Puspa sudah 3 kali membawa Lopita berobat ke RS Sanglah, dan dokter menyarankan untuk operasi. “Selama tiga kali periksa itu sudah di rontgen, dan dokter menyarankan operasi. Katanya operasi bisa sampai 3 kali, dan rencananya besok (hari ini,red) mau dioperasi tahap satu,” terang Puspa.
Yang menjadi persoalan, karena dokter masih belum bisa memastikan apakah operasi yang akan dilakukan terhadap Lopita bisa berjalan lancar. Karena kalau gagal, Lopita mungkin saja tidak bisa berdiri apalagi berjalan. Selama ini Puspa menggunakan JKBM untuk memeriksakan keadaan Lopita, sedangkan untuk biaya operasi dirinya masih bingung karena membutuhkan dana yang cukup besar yakni Rp6 juta diluar biaya kamar rawat.
Puspa sehari-hari hanya bekerja sebagai karyawan di salah satu rumah makan di daerah Bajera, sedangkan kakek dan nenek Lopita hanya seorang petani. “ Saat saya lagi bingung karena untuk operasi anak saya butuh uang cukup besar yaitu Rp6 juta, dan uangnya belum ada,” ungkapnya lirih.
Puspa mengatakan dirinya saat ini diberi cobaan bertubi-tubi, selain anaknya yang sakit, dirinya sudah dua kali menikah dan ditinggal suaminya. Sebelum menikah dengan ayah Lopita, Puspa pernah menikah dan memiliki seorang putri bernama Ni Putu Aprina Purpakirana yang kini berumur 1,3 tahun. Namun suaminya tersebut pergi meninggalkannya.
Sedangkan saat menikah dengan ayah Lopita, I Putu Suartawan (24), saat usia pernikahan mereka baru tiga bulan puspa ditinggalkan oleh suaminya, bahkan administrasi pernikahan mereka secara hukum pun belum tuntas, sedangkan secara adat pun belum usai karena baru sekedar menjalani Upacara Mesakapan di Ngiyu. “Baru tiga bulan dia sudah meninggalkan saya,” ungkapnya.
Sementara itu Perbekel Desa Tegalmengkeb, Dewa Made Widarma mengatakan jika keluarga Puspa sudah masuk dalam RTS dari awal tahun 2002 sehingga sudah menerima raskin, dan sudah mendapatkan bedah rumah di tahun 2011. “Kami berharap Pemerintah yang berwenang bisa membantu dalam pengobatan warga kami ini sehingga yang bersangkutan bisa menjadi anak yang sehat dan berbakti,” ungkapnya.