BALI TRIBUNE - Dalam melaksanakan kegiatan keagamaan dan adat, sangatlah penting menjadikan awig-awig (hukum adat,red) sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Hal ini ditegaskan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri ritual ngaben di Kelurahan Kawan, Bangli belum lama ini. Menurut dia, dinamika kehidupan di era globalisasi ini sedikit tidaknya mempengaruhi kehidupan beragama dan adat masyarakat di Bali.
"Kehidupan bermasyarat di Bali, terutama terkait kehidupan beragama dan adat memang sudah mengakar dalam keseharian. Namun, di era globalisasi saat ini, tak sedikit dinamika yang memengaruhi dan bahkan mengancam keberlangsungan kegiatan beragama dan adat masyarakat Bali," kata Sudikerta.
Oleh karena itu lanjut Sudikerta, dibutuhkan satu dasar dan peraturan berupa awig-awig yang dijadikan pedoman guna mengakomodasi berbagai kepentingan terutama kepentingan masyarakat ekonomi terbawah.
"Dengan demikian, bisa meringankan pelaksanaannya, sehingga bisa dilaksanakan tanpa mengurangi makna dan tujuan kegiatan beragama dan adat," ucap Sudikerta.
Pada kesempatan itu, Sudikerta mengapresiasi pelaksanaan ritual ngaben yang dilangsungkan secara bersama-sama (gotong-royong).
"Hal ini merupakan salah satu contoh pelaksanaan upacara yang mengakomodasi semua kepentingan, dan tidak memberatkan ekonomi warganya terutama warga yang kurang mampu," ucap Sudikerta.
Ke depan, diharapkan pelaksanaan upacara secara massal semakin digalakkan, karena bisa mengefisiensi banyak hal seperti tenaga, waktu, materi, maupun sarana-sarana yang dibutuhkan.
"Upacara Pitra Yadnya merupakan salah satu hutang kepada leluhur, yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat untuk menuntun arwah leluhur agar mendapat tempat yang lebih baik di alam setelah kehidupan ini. Karena wajib, jika dilaksanakan secara sendiri-sendiri tentu akan membutuhkan biaya yang sangat besar," imbuhnya.
Sementara itu, Kelian Adat Banjar Gria I Nyoman Suarsa, menyampaikan upacara Ngaben dan Nyekah yang dikenakan kepada keluarga peserta pun tergolong kecil, seperti diantaranya untuk peserta Ngaben dikenakan biaya sebesar Rp5 juta dan Nyekah sebesar Rp10 juta.
Dia menyebutkan, jumlah warga setempat sekitar 250 KK yang mayoritas bekerja sebagai petani penggarap. Untuk itu, ia sangat berharap mendapat bantuan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur.