balitribune.co.id | Badung - Libur akhir tahun kerap menjadi momen untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke suatu destinasi termasuk Bali. Pelaku pariwisata di Pulau Bali telah menyiapkan berbagai atraksi, paket wisata libur akhir tahun, paket menginap saat pergantian tahun dan aktivitas wisata lainnya untuk menarik minat calon wisatawan memilih Bali sebagai destinasi liburan akhir tahun dan menyambut tahun baru.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia optimistis Bali akan menjadi destinasi yang dikunjungi wisatawan mancanegara pada momen libur akhir tahun yakni Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Kemenparekraf pun menekankan hal terpenting yang tetap dijaga adalah kenyamanan dan keamanan wisatawan saat berlibur di pulau ini. Demikian disampaikan Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, Ni Made Ayu Marthini kepada awak media baru-baru ini di Badung saat ditanya terkait antisipasi wabah pneumonia atau radang paru-paru misterius di Tiongkok.
Ia pun berharap pariwisata Bali akan tumbuh positif dalam kondisi aman dan nyaman saat momen puncak liburan tahun ini. Terkait antisipasi terhadap wabah pneumonia yang berpotensi ditularkan pelaku perjalanan udara dari luar negeri tersebut ditegaskannya tetap berpegang pada kebijakan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
"Kami di pemerintah pusat berpatokan pada rekomendasi kebijakan Kementerian Kesehatan. Kalau memang terdapat seperti (kasus penyakit menular dari luar negeri-red), itu kita akan mengikuti apakah ada langkah-langkah selanjutnya. Tapi yang penting, yang jelas di bandara seperti di Bandara I Gusti Ngurah Rai di pintu-pintu masuk internasional sudah ada SOP," tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hingga saat ini di bandara masih diumumkan cara pencegahan agar tidak tertular penyakit menular seperti Covid-19, demam dan penyakit menular lainnya. Pengelola dan komunitas di bandara juga telah mengikuti aturan yang berlaku mengenai pencegahan penyebaran penyakit menular di kalangan pengguna jasa bandara baik untuk tujuan domestik dan internasional. "Jadi kita ikut saja itu (aturan pencegahannya) dan sekarang masih tetap diterapkan," cetus Ayu Marthini.
Kata dia, para pramugari dan pramugara mestinya turut terlibat memantau kondisi penumpang jika ada yang kurang sehat seperti mengalami demam. Kemudian hal tersebut dilaporkan oleh pramugara dan pramugari ke pihak terkait. "Kita waspada, tapi tidak terlalu berlebihan, dan tidak terlalu kehilangan kontrol. Di bandara sudah diterapkan sesuai standar rujukan Kementerian Kesehatan, karena kita tidak mau ada risiko," imbuhnya.