Diposting : 22 November 2018 20:09
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pariwisata Badung tahun 2019 mendatang menargetkan 6,8 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke daerah tersebut. Guna memenuhi target kedatangan turis asing ke kabupaten terkaya di Bali ini, pemerintah setempat melalui Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung akan menyasar sejumlah market baik pasar baru maupun tradisional.
Kepala Dinas Pariwisata Badung, Made Badra saat FGD promosi pariwisata berkualitas dan terpadu di Kuta, Badung, Rabu (22/11) menyebutkan bahwa pada tahun 2019 promosi pariwisata Badung akan dilakukan ke sejumlah negara potensial seperti India yang akan dilakukan pada Januari 2019 dengan menargetkan 408.231 wisman dari Tanah Hindustan berkunjung ke Badung. "India masih emerging market untuk Badung," cetusnya.
Kemudian pada Februari, promosi pariwisata menyasar Negara Hungaria, Cekoslowakia dan Austria yang masing-masing ditargetkan sebanyak 12.719, 1.500 dan 28.247 kunjungan. Sedangkan pada Maret 2019 dilakukan promosi pariwisata Badung di Jerman dengan target 285.740 kunjungan, Swiss 65.573 kunjungan dan Perancis 283.819 kunjungan.
Dilanjutkan bulan April 2019 di Australia menyasar 1.350.337 dan New Zealand 139.854 kunjungan ke Badung. Mei 2019 promosi akan berlangsung di Kanada yang menargetkan 95.503 kunjungan. "Untuk Kanada ini adalah market baru," kata Badra.
Lanjut dia mengatakan Juni akan berpromosi di Korea dengan misi target kunjungan 248.170 wisman dari Negeri Ginseng. "Juli kita lanjutkan promosi ke Italia dengan target 77.824 kunjungan ke Badung. Kemudian Agustus ke Rusia menyasar 143.291 kunjungan ke Badung," tambahnya.
Sementara itu untuk September promosi menyasar turis Amerika Serikat sebanyak 297.121 kunjungan. Kata Badra promosi juga dilakukan ke market lama dengan tujuan untuk menjaga jumlah kunjunganya yaitu Jepang sebanyak 397.612 turis. Kemudian November 2019 menyasar Inggris ditargetkan 378.028 dan Belanda sebanyak 160.988 kunjungan.
Menurut Badra, sales mission 2019 mendatang dirancang melibatkan industri/asosiasi pariwisata. "Industri yang akan promosi disarankan anggotanya yang mempunyai pasar di negara itu. Supaya tidak mubasir. Sekarang kita menetapkan distribusi target kunjungan wisatawan per negara. Tahun depan kita rancang targetnya 6,8 juta wisman," jelasnya.
Target tersebut diakui Badra telah dihitung berdasarkan 29 slot penerbangan per jam di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan rata-rata 540-550 slot penerbangan per hari, itu dikalikan 12. "Kita berharap target ini tidak muluk-muluk karena kita bekerja sesuai dengan data. Ini kita rumuskan target kinerja kita bersama industri pada hari ini," terang Badra.
Disebutkannya, target kunjungan 6,8 juta pada tahun 2019 itu diharapkan kontribusi dari pasar Australia dan New Zealand sebanyak 2 jutaan kunjungan, Asia Pasifik 2 jutaan, Eropa dan Amerika 2,5 jutaan dan market lainnya. "Ditambah yang lain-lain yaitu needs market itu misalnya negara Ceko, Austria, Kanada yang kita sasar. Emerging market itu kita harapkan dari India dan Rusia. Ini yang kita harapkan tahun depan jumlah wisatawannya kita datangkan lebih banyak lagi didukung dengan direct flight dari India dan Rusia. Kita optimis mudah-mudahan tidak ada hal force majeure sehingga tidak terjadi penurunan wisatawan," harapnya.
Pihaknya menawarkan produk yang beragam saat promosi pariwisata tahun depan agar mendatangkan market berkualitas diantaranya hotel, restoran, spa, golf, villa, desa wisata, sport tourism, kuliner, shopping dan life style. Bahkan Badung pun masih menganggap sport tourism sebagai produk unggulan yang bisa mendatangkan turis dari berbagai negara.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawiyaja mengatakan, promosi pariwisata ini dilakukan dengan efisien, terarah dan terukur. "Efisien maksudnya kita bersama-sama industri dan industri juga bersama pemerintah dan BPPD Badung sebagai eksekutor program-program Pemerintah Kabupaten Badung dalam rangka meningkatkan kunjungan pariwisata, length of stay, spending money, research, networking dan meningkatkan image pariwisata," bebernya.