Denpasar, Bali Tribune
Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2018, semula tak tercium aroma persaingan di internal PDIP. Maklum saja, rata-rata elit partai berlambang kepala banteng moncong putih itu di Bali, mengarahkan dukungan bagi Ketua DPD PDIP Provinsi Bali Wayan Koster untuk tampil sebagai calon gubernur (cagub) Bali.
Dukungan ini bahkan dikonkretkan dengan deklarasi Koster Bali Satu (KBS), di sejumlah daerah di Bali. Menariknya, gerakan KBS ini ternyata tak mulus. Sebab seiring semakin derasnya dukungan KBS, justru muncul perlawanan di internal PDIP. Perlawanan ini dibuktikan dengan munculnya spanduk dukungan untuk kader PDIP lainnya di sejumlah titik strategis di Kota Denpasar.
Salah satunya berupa dukungan sekelompok orang yang mengklaim sebagai relawan pendukung pasangan AA Ngurah Puspayoga-Putu Agus Suradnyana (PAS) untuk Bali 2018. Bahkan, spanduk dukungan dimaksud sempat terlihat dipasang di seputaran Bundaran Renon antara Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Hang Tuah Denpasar, beberapa hari belakangan. Namun Jumat (22/7), spanduk yang dipasang relawan PAS itu malah raib.
Kondisi ini menimbulkan spekulasi kuat bahwa akan ada pergolakan di internal PDIP jelang Pilgub Bali 2018. Hal ini pun tak ditampik oleh mantan kader militan PDIP asal Denpasar, Made Arjaya. Ia menilai, meski Pilgub Bali masih jauh, namun dipastikan dinamika di internal PDIP akan berlangsung cukup keras.
Mantan Ketua Komisi I DPRD Provinsi Bali itu berpandangan, pada Pilgub Bali mendatang keinginan masyarakat agar Bali ini berubah cukup tinggi. Bersamaan dengan itu, ada pula harapan masyarakat agar figur pemimpin Bali ke depan tak lepas dari persoalan budaya.
"Bicara Bali ke depan, maka Bali tak akan pernah lepas dari persoalan kultur, adat dan budaya serta pariwisata,” kata Arjaya.
Demikian juga dalam hal politik. Arjaya menilai, Bali merupakan basis PDIP. Karena itu, kepemimpinan Bali ke depan tak akan lepas dari keberadaan PDIP. Dengan realita ini, Arjaya memastikan bahwa akan ada banyak spekulasi calon selain KBS di internal PDIP jelang Pilgub Bali mendatang.
Bahkan ia menyebut beberapa kemungkinan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung PDIP, di luar figur Wayan Koster. Diantaranya adalah paket Puspayoga-Agus Suradnyana (budaya-kader), Puspayoga-IB Rai D Mantra (budaya-budaya), Puspayoga-Cok Ace (budaya-pariwisata), serta Puspayoga-Nyoman Adi Wiryatama (budaya-kader).
Lantas, kenapa PDIP akan tetap memprioritaskan nama Puspayoga? Ditanya demikian, Arjaya menjelaskan, bicara budaya maka Bali tak lepas dari keberadaan Puri Satria. "Keberadaan Puri Satria masih kuat di Bali. Sedangkan Cok Ace adalah representasi dari pariwisata Bali, sementara Agus Suradnyana dan Adi Wiryatama adalah representasi dari perlawanan kader,” urainya.
Meskipun demikian, kata Arjaya, kondisi itu bisa saja berubah. Sebab, nantinya bergantung restu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Dengan demikian, kendati Koster saat ini digadang-gadang sebagai calon gubernur, namun di last minute kondisi bisa saja berubah.
"Justru saya melihat entah siapapun yang memasang spanduk (PAS) itu, bagi saya ini hanya sebagai tanda sekaligus simbol pengingat bagi Koster bahwa di Denpasar ada perlawanan,” pungkas Arjaya.