Negara, Bali Tribune
Keberadaan sekaa subak sebagai organisasi di bidang pengairan tradisonal di Bali yang dikenal hingga ke mancanegara kini kian mengkhawatirkan. Selain ancaman alih fungsi lahan yang membuat semakin sempitnya areal persawahan, minat generasi muda menekuni dunia pertanian pun semakin merosot.
Kondisi ini membuat jumlah sekaa subak lambat laun terus berkurang karena membubarkan diri. Yang terbaru, Sekaa Subak Buana Mertha di Desa Candikusuma, Melaya, Jembrana, terpaksa membubarkan diri karena tidak sanggup lagi mempertahankan eksistensi organisasi mereka. Pembubaran Sekaa Subak Buana Mertha dilakukan bersamaan dengan piodalan pada Purnama sebelumnya.
Menurut Kelian Subak Gede Sangyang, Kecamatan Melaya, I Nengah Suentra, ketika dikonfirmasi, Jumat (16/09/2016), pembubaran dilakukankarena tidak mampu bertahan dengan luas lahan olahan yang sangat minim, tidak lebih dari 2,5 hektare. Selain itu, anggota (krama) subak yang tersisa hanya enam orang saja. Subak Buana Mertha juga kesulitan mendapatkan air ketika memasuki masa tanam karena lokasinya jauh dengan sumber air dari jaringan irigasi induk.
Terkait pembubaran sekaa subak tersebut, Suentra mengaku tidak paham bagaimana sejauh mana prosesnya di Pemkab Jembrana. Ia menuturkan, Sekaa Subak Buana Mertha sudah belasan tahun menjadi anggota Subak Gede Sangyang, Melaya. Subak Buana Mertha adalah subak kedua di wilayahnya yang mengundurkan diri setelah Subak Sari Merta yang wilayahnya terletak di Desa Manistutu, Melaya.
Saat ini, kata dia, jumlah sekaa subak di Subak Gede Sangyang, Kecamatan Melaya, tersisa delapan sekaa, yang kondisinya juga mengkhawatirkan. Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jembrana, I Ketut Wiratma, menyatakan belum menerima laporan resmi terkait pengunduran Subak Buana Merta dari keanggotaan di Subak Gede Sangyang, Melaya, tersebut.
Wiratma berharap sekaa subak bersangkutan bisa mengikuti peraturan yang berlaku jika memang benar membubarkan diri. Salah satunya dengan mengembalikan bantuan dari pemerintah, seperti traktor. Ia menyebutkan, berdasarkan SK Bupati pada tahun 2010 yang belum pernah diubah hingga kini, di Jembrana terdapat 84 sekaa subak.
Menurutnya, Pemkab Jembrana secara kontinyu telah memerhatikan keberadaan puluhan subak tersebut. Salah satunya dengan pemberian bantuan traktor serta sarana produksi padi. Wiratma mengakui, lahan garapan puluhan subak tersebut kini semakin berkurang jumlahnya. Karena organisasi subak hanya bisa menggarap lahan, ia pun tidak memungkiri sekaa subak akan susah bertahan di tengah kondisi lahan yang semakin menyempit.*