Diposting : 7 June 2021 23:38
YUE - Bali Tribune
balitribune.co.id | Badung - Sejak pandemi Covid-19 menyebar di Bali pada awal Maret 2020 lalu, sektor kuliner yang menjadi bagian dari pariwisata terkena dampak dari wabah global ini. Pasalnya, kuliner dengan ramuan bumbu khas Bali menjadi salah satu primadona wisatawan saat berkunjung ke Pulau Dewata khususnya di Kabupaten Badung.
Hal ini dirasakan oleh pelaku usaha kuliner kepiting bumbu tol bergoyang yang merupakan hasil budidaya nelayan di Kampung Kepiting Desa Adat Tuban, Kuta Kabupaten Badung. Kepiting segar dengan aroma buah mangrove akan membuat lidah terus bergoyang, saat menyantap hidangan kuliner yang satu ini.
Pengelola Rumah Makan Kampung Kepiting, Ni Kadek Surasmini mengakui jika permintaan kuliner ini mengalami penurunan di masa pandemi. Mengingat kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis. Menyiasati hal itu, pihaknya membuat paket murah Rp 50 ribu untuk menarik minat masyarakat lokal maupun wisatawan domestik menikmati kuliner kepiting bakau yang dibudidayakan di hutan bakau ini.
"Sebelum pandemi, kuliner kepiting bakau sangat diminati wisatawan. Untuk membuatnya bahan baku kepiting diambil langsung dari hasil budidaya nelayan di hutan mangrove," katanya, Minggu (6/6).
Sebelum dimasak, kepiting dibersihkan, kemudian direbus dan ditumis bersama rempah-rempah dan bumbu dapur lainnya. "Yang membuat kuliner kepiting ini menjadi spesial, karena adanya citarasa dari buah mangrove atau buah pidada. Rasa asam pedas yang bercampur dengan aroma buah mangrove menjadikan lidah tidak berhenti bergoyang saat menyantap menu ini," ujar Surasmini.
Kata dia, 1 paket kepiting tol bergoyang lengkap dengan udang, nasi dan jus segar dari buah bakau ditawarkan dengan harga yang terjangkau. "Kami menawarkan spesial paket Corona. Karena sekarang kondisinya agak sepi, jadi kami harus berinovasi menarik pengunjung," imbuhnya.
Salah seorang penggemar hidangan laut, Bambang Handoyo mengaku tidak hanya menikmati makanan, di tempat wisata ini sembari melakukan kegiatan edukasi hutan bakau. "Usai kuliner, di hutan bakau ini kami bisa berpetualang menelusuri ekowisata. Mata pun dimanjakan dengan pemandangan rawa-rawa, perahu nelayan dan hijaunya pohon bakau," jelasnya.