balitribune.co.id | Gianyar - Teriakan masyarakat lantaran harga beras dipastikan tak ada kaitannya dengan produksi gabah. Buktinya, gabah di Gianyar sangat mencukupi. Namun demikian, harga gabah maupun beras memang domainnya berbeda.
Dari data yang diterima Bali Tribune, pada triwulan pertama Tahun 2024 ini, petani di Gianyar sudah panen padi sekitar 2.246 hektar. Panen ini meliputi masa tanam November dan Desember 2023 dan Januari 2024. Dari hasil tersebut, secara produksi gabah mencukupi untuk kebutuhan konsumsi di Gianyar.
Pejabat Fungsional Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Gianyar, Kadek Yuliana Dewi, Selasa (19/3) menjelaskan, seluruh kecamatan sudah panen masa tanam ketiga Tahun 2023. Kecamatan yang belum panen adalah kecamatan Payangan. Hal ini karena pada masa tanam ketiga 2023 lalu komoditi yang ditanam adalah palajiwa atau masuk pada siklus maga. Dikatakan Kadek Yuliana, luas panen merata di seluruh kecamatan.
Luas panen padi di Kecamatan Gianyar seluas 392 ha, Blahbatuh seluas 365,36 ha, Sukawati seluas 617,56 ha, Ubud seluas 428,18 ha, Payangan 0 ha, Tegallalang 105,44 ha dan Tampaksiring 336,54 ha. Dikatakan Yuliana, saat ini petani di Gianyar masih menikmati penjualan harga gabah yang tinggi atau harga jual gabah dibatas harga HET. Disebutnya, para tengkulak yang membeli padi/gabah di tempat membeli dengan harga di atas Rp 7.400/kg gabah. Sedangkan HET gabah Rp 6.300/kg.
"Kondisi ini jelas menguntungkan petani, menikmati harga jual padi dengan layak," jelasnya.
Sedangkan persoalan harga beras Dinas Pertanian Gianyar tidak bisa melakukan intervensi harga/penjualan. "Kami Dinas pertanian hanya memastikan target tanam dan target panen sesuai perencanaan," jelasnya.
Sedangkan soal harga kewenangan ada di Disperindag dan naiknya harga beras berlaku secara nasional, sehingga domain harga beras diintervensi pemerintah pusat. Sedangkan untuk Kabupaten Gianyar, di tahun 2023 lalu, produksi beras mengalami surplus 30.000 ton bila dibagi dengan konsumsi rata-rata penduduk Gianyar.