BALI TRIBUNE - Meski pemerintah telah gencar-gencarnya membangun desa wisata namun masih banyak Tour Operator (TO) luar negeri yang belum mengetahui bahwa di Bali menawar aktivitas wisata pedesaan. Saat diperkenalkan kepada TO luar negeri, warga Eropa khususnya sangat antusias terhadap produk desa wisata tersebut.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Kebudayaan Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali, Kadek Darmayasa Karang, beberapa waktu lalu. Menurutnya, ketika melakukan promosi pariwisata masyarakat Eropa sangat tertarik menanyakan terkait produk desa wisata. Bahkan sejumlah Biro Perjalanan Wisata (BPW) di Bali telah menjual paket tur desa wisata. Dikatakan Darmayasa produk tur yang bernuansa trandisional Bali ini seperti desa wisata mendapat sambutan yang sangat luar biasa.
“Karena mereka ingin tahu apa sih yang masyarakat Bali lakukan dan mereka (wisatawan) sangat tertarik sekali. Karena untuk paket desa wisata kita buatkan konsep yang benar-benar riil Bali. Artinya produknya kita sesuaikan, tidak hanya sekedar saja tapi yang utama bagaimana kita memberikan pelayanan,” ujarnya yang juga pelaku desa wisata di Bangli.
Dia menceritakan, dari 20 TO luar negeri yang ditemuinya saat promosi pariwisata, sebanyak 16 TO yang tertarik menjual paket tur ke desa wisata. Pihaknya pun mengaku telah menawarkan paket desa wisata kepada beberapa TO di Eropa. “Ada beberapa TO yang baru tahu bahwa di Bali ada produk desa wisata karena selama ini mereka cuma jual regular tur saja. Tetapi ada juga yang sudah menginap di desa wisata,” terang Darmayasa.
Dikatakannya setelah beberapa kali mempromosikan produk desa wisata ini, hasilnya sungguh diluar dugaan. Dia mengakui terjadi peningkatan wisatawan yang memanfaatkan produk desa wisata dengan menginap di rumah-rumah penduduk. “Setelah mengikuti promosi ada peningkatan wisatawan asing yang menginap di desa. Sekarang orang Polandia 90 persen memilih paket wisata menginap di rumah penduduk saat liburan di Bali,” imbuhnya.
Lantas kenapa masih ada TO yang belum mengetahui produk desa wisata tersebut? Menurutnya, sebagai penyedia produk desa wisata mestinya lebih sering mempromosikan produknya di kalangan masyarakat luas. Bahkan anggota dari Asita kata dia turut membantu pemerintah dengan menjual produk desa wisata kedalam paket tur. “Tanggapan TO luar negeri positif terhadap desa wisata karena rata-rata orang Eropa menginap di desa wisata. Paketnya biasanya kombinasi antara leisure dan desa wisata yakni 14 hari 13 malam atau 7 hari 6 malam. Tapi khusus desa wisata ada 3 hari 2 malam,” sebutnya.