Denpasar, Bali Tribune
Saat ini, Bali memiliki sudah 800 tempat penggilingan padi. Hanya saja berdasarkan verifikasi, mesin-mesin yang digunakan sudah kuno dan kapasitas gilingnya pun tergolong rendah. Tak hanya itu, banyak diantaranya izin operasinal sudah mati.
“Dari 800 unit penggilingan padi tersebut, paling hanya 10 persen yang berkapasitas besar, dan mesinnya canggih,”demikian di sampaikan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, IB. Wisnuardhana, Senin (16/5).
Wisnuardhana katakan hampir 90 persen gabah Bali di olah oleh pabrik penggilingan gabah lokal Bali. Dan ia memastikan tak banyal gabah lokal Bali di Giling di luar Bali. Ia menambahkan bahwa satu kali musim panen di Bali, petani Bali rata-rata menghasilkan 850 ribu ton gabah kering giling, dan jika di oleh menjadi beras jumlahnya mencapai 550 ribu ton.
Dari data tersebut, Wisnuardhana mengatakan, mayoritas akan diolah di Bali, sedangkan yang di kirim ke luar Bali seperti Banyungi hanya sebagian kecilnya saja, terutama ketika puncak panen pada bulan Februari -maret. “Biasanya terjadi over produksi, Februari -maret adalah panen raya, karena over produksi jadi gabah di olah di jawa, tapi 90 persen gabah kering gilingnya di oleh di Bali,”jelasnya.
Dengan 800 unit penggilingan Gabah tersebut, Wisnuardhana katakan bahwa sejatinya Bali sudah penuh dengan pabrik penggilingan gabah. Bahkan saat ini pemerintah Kabupaten/kota sudah tak lagi mngeluarkan izin untuk pabrik penggilingan gabah, namun izinnya hanya di perpanjang saja.
Untuk mengoptimalkan pabrik penggilingan yang ada saat ini, Dinas Pertanian sendiri sudah memikirkan upaya khusus, yakni melalui program revitalisasi penggilingan gabah. Menurut Wisnuardhana melalui program ini pabrik penggilingan yang sudah kuno akan di perbaharui, sehingga bisa menyerap gabah yang di hasilkan oleh petani. “Kita sudah punya program revitalisasi penggilingan gabah, secara betahap kita akan bantu, agar yang awalnya kapastas gilingnya rendah, menjadi kapasitas gilingnya menjadi besar,”pungkasnya.