BALI TRIBUNE - Berdasarkan data yang dimiliki KPw BI Bali, penarikan uang dari sisi perbankan pada libur Lebaran tahun ini mengalami peningkatan sekitar 29 persen dibandingkan dengan tahun lalu. “Dari sisi perbankan memang ada peningkatan sekitar 29 persen untuk penarikan saat Lebaran dan libur panjang kali ini baik pecahan kecil ataupun pecahan besar,” ujar Kepala KPw BI Bali, Causa Iman Karana.
Ia menambahkan, penarikan itu mencapai Rp 3,6 triliun, meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar Rp 2,8 triliun, baik untuk penukaran uang kecil ataupun uang besar. Sedangkan arus balik uang yang kembali diperkirakan mencapai 80 persen. Dan hingga hari ini (red, Jum’at 30/6) sudah tercatat sekitar Rp45 miliar. Bahkan disebutkan dari penukaran uang yang dilakukan pihaknya mencapai Rp 13,9 miliar. Namun dikatakan pula, jika dibandingkan d Ngan tahun lalu penukaran yang dilakukan di beberapa tempat ini mengalami penurunan yang disebabkan ada hari kerja yang tidak bersamaan, bahkan ada satu hari libur yang mendadak sehingga kepotong satu hari.
“Sebetulnya kalau diamati penukaran uang kali ini ada penurunan, karena ada hari kerja yang tidak sama, namun jika tidak ada satu hari libur, bisa dipastikan ada peningkatan. Karena asumsinya perhari penukaran uang sekitar Rp 2 miliar,” jelasnya. Penarikan uang dari sisi perbankan H - 3 mencapai Rp 2 triliun, dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 1,7 triliun. “Saat penukaran uang yang paling diminati yaitu pecahan Rp 5 ribu sama Rp10 ribu. Apalagi dengan terbitnya uang batu, animo masyarakat cukup besar untuk mendapatkan uang baru tersebut,” tuturnya.
Meningkatnya permintaan uang di masyarakat menjelang hari besar menurut Causa merupakan hal lumrah, pasalnya ada kebutuhan masyarakat dalam menggerakkan roda perekonomian, apalagi liburnya lebih panjang. “Dengan banyaknya uang beredar tentu akan meningkatkan transaksi ekonomi, namun sayangnya sebagian kan tidak di Bali, bisa jadi dibawa mudik,” ujarnya. Diungkapkannya, Tim Pengendali inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali sudah mengantisipasi hal itu. Agar peredaran uang di masyarakat mencukupi. “Suplai harus mencukupi agar tidak terjadi gejolak,” ujarnya.