Diposting : 3 October 2018 00:14
Arief Wibisono - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Pesatnya perkembangan internet dalam 20 tahun terakhir, memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan orang lain yang jauh jaraknya. Hal yang sama berlaku untuk proses transaksi seperti jual-beli atau tukar menukar uang, karena sekarang bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka, dengan model pembayaran cashless atau non-tunai melalui uang elektronik.
Ada dua jenis uang elektronik yang dikenal luas, e-money dan e-wallet. E-money sering diidentikkan dengan penyimpanan uang berbasis chip, seperti kartu debit, dan kartu pembayaran tol. Sementara e-wallet berbasis server aplikasi yang menyimpan data pribadi pengguna, seperti BebasBayar, T-Cash, dan XL Tunai.
"Di Indonesia sendiri, pembayaran non-tunai ini sudah dimulai sejak adanya Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang digalakkan pada tahun 2014. Efeknya, berbagai layanan uang elektronik seperti contoh di atas bermunculan satu persatu. Jumlah layanan yang bertambah ini berbanding lurus dengan jumlah pengguna uang elektronik," ujar Executive Vice President Bebasbayar, Akhmad Mirza Alif Syahrial dalam siaran persnya di Denpasar, Senin (1/10).
Bank Indonesia mencatat terjadi lonjakan drastis di sektor instrumen uang elektronik yang beredar di Agustus 2018 (135.812.593 unit) dibanding Agustus 2017 (68.841.316 unit). Besaran uang elektronik yang beredar ini mencerminkan penggunaan uang elektronik yang juga meningkat.
Tingginya angka pengguna smartphone dan internet di Indonesia menjadi salah satu faktor kuat peningkatan jumlah uang elektronik, khususnya e-wallet. Dengan e-wallet ini, pengguna bisa melakukan berbagai macam transaksi, seperti pembelian pulsa, token listrik, pembayaran tagihan listrik hingga cicilan bulanan melalui smartphone mereka. Tak ayal, banyak pengguna e-wallet ini adalah mereka yang tinggal di kota dan melek teknologi.
"Dari sini, timbul salah satu permasalahan yang tergolong klasik, yakni persebaran teknologi yang kurang menjangkau daerah rural atau di luar daerah maju, atau bisa dibilang di luar wilayah pulau Jawa. Ini yang menyebabkan akuisisi aplikasi e-wallet di daerah rural tersebut masih rendah," ungkapnya.
Komitmen BebasBayar Sebagai Platform ‘Asli’ Indonesia. BebasBayar, sebagai salah satu platform e-wallet tertua di Indonesia, berkomitmen untuk melakukan pemerataan layanan, dengan tak hanya fokus pada pengguna di wilayah pulau Jawa, tetapi juga berekspansi di luar wilayah Jawa. Hal ini juga dilakukan untuk menegaskan nilai utama BebasBayar sebagai perusahaan yang ‘dari Indonesia untuk Indonesia’.
Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengguna aplikasi BebasBayar yang mencapai lebih dari 600 ribu pengguna hingga Agustus 2018 ini yang berasal dari luar Jawa, terutama Indonesia Timur. Angka tersebut sangat berarti bagi BebasBayar yang sampai saat ini masih tetap bertahan walau tanpa suntikan modal dari ventures.
"Apresiasi yang ditunjukkan masyarakat akan tetap menjadi tenaga untuk meningkatkan layanan. Sehingga, kami percaya jumlah pengguna masih berpotensi untuk bertambah, mengingat penetrasi pengguna smartphone, dan peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah yang masih tinggi," ucap Mirza.
Memanjakan Pengguna Melalui Fitur-Fitur Baru. Untuk mencapai komitmen tersebut, tim BebasBayar juga akan melakukan serangkaian pembaruan (update) pada aplikasi. Tujuan utama dari proses pembaruan ini adalah kemudahan komunikasi antar pengguna yang pada akhirnya akan memudahkan pengguna dalam proses transaksi, serta meningkatkan keamanan akun.
Pembaruan tersebut diharapkan menguatkan BebasBayar yang akan mengusung konsep social payment di masa yang akan datang. Konsep social payment dianggap cocok untuk melengkapi kekurangan aplikasi sejenis yang ada saat ini, karena pengguna akan dapat berinteraksi dengan pengguna yang lain melalui aplikasi BebasBayar. Oleh karena itu, tim BebasBayar saat ini berfokus untuk pengembangan fitur chat dan linimasa.
Fitur chat dan linimasa ini akan melengkapi fitur yang terlebih dahulu ada, yaitu transfer saldo langsung ke akun ‘teman’. Jadi, pengguna tak perlu memasukkan ID akun tujuan setiap kali akan melakukan transaksi baik berupa transfer maupun pembayaran lain. Namun, pengguna cukup menambah jaringan pertemanan yang memungkinkan pengguna untuk transaksi yang berkelanjutan di masa yang akan datang.
"Selain itu, BebasBayar juga tengah mengembangkan fitur offline payment, yang bisa dipakai pengguna untuk transaksi di gerai atau merchant. Fitur ini ditunjang dengan layanan transfer ke akun teman dan pembayaran via QR Code," imbuhnya.
Layanan QR Code ini ditujukan untuk menyederhanakan proses transaksi, dimana pengguna hanya perlu memindai kode yang tertera di gerai atau merchant, kemudian jumlah tagihan akan tertera dan bisa langsung membayar.
Usaha BebasBayar untuk Menjadi Lebih Dekat dengan Pengguna. BebasBayar menyadari bahwa kunci meraih sukses di era digital ini adalah menjadi dekat dengan pengguna. Oleh karena itu, melalui serangkaian pembaruan dan penambahan fitur tersebut, BebasBayar berupaya untuk selalu hadir untuk menemani pengguna setiap saat.