BALI TRIBUNE - Komunitas Kubu Barong dan Pregina Art didukung Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggelar Bali Barong Festival di Wantilan Pura Dalem Kedewatan, Sanur, Sabtu (27/1) lalu.
Walikota IB Rai Mantra Wijaya mengatakan, Pihaknya selalu mendukung kegiatan pelestarian kesenian dan budaya Bali. Hal ini lantaran kebudayaan dan seni di Bali memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan kebudayaan lainya. Ciri khas inilah yang disebut dengan taksu atau kharisma yang nantinya mampu memberikan kesan tersendiri bagi sebuah kesenian di Bali.
“Jadi seluruh masyarakat Bali tentunya generasi muda harus tetap melestarikan seni dan kebudayaan Bali, karena kebudayaan Bali itu metaksu, ini yang tidak ada di daerah lain,” ungkap Rai Mantra.
Dikatakan Rai Mantra, Seni Tari Barong merupakan salah satu kesenian yang identik dengan kebudayaan Bali, bahkan saat ini telah masuk dalam warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Hal ini lantaran hampir semua Desa di Bali memiliki pelawatan Barong. Sehingga diperlukan seniman Tari Barong untuk tetap menjaga eksistensi seni Tari Barong itu sendiri. “Hampir semua desa memiliki pelawatan Barong, tentu sudah menjadi kewajiban kita sebagai krama masyarakat untuk tetap melestarikannya,” ujar Rai Mantra.
Rai Mantra menambahkan, seniman di Bali merupakan ujung tombak pengenalan Bali di kancah dunia. Bahkan, majunya pariwisata di Bali tidak lepas dari adanya seni dan budaya di Bali. Tentu, kesenian tersebut tidak akan ada tanpa peran serta seniman. Karenanya, pelaku seni wajib mendapat penghargaan dan ruang tersendiri untuk berkreasi sehingga Ekonomi kreatif dalam menunjang keberlangsungan pariwisata dapat terus bergulir.
Sementara, Penasehat Kubu Barong, Jro Mangku Alit Mariata bersama Ketua Panitia, I Ketut ‘Batu’ Suardana mengatakan bahwa Bali Barong Festival tahun 2018 ini merupakan salah satu bentuk kerjasama antara Komunitas Kubu Barong bersama Pemkot Denpasar dalam bidang peletarian Budaya, khususnya Seni Tari Barong dan Kendang Tunggal. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari yakni dari tanggal 27 hingga 28 Januari 2018 ini terdiri dari tiga kategori yang dilombakan. Yakni Lomba Barong Ket, Lomba Barong Buntut, dan Lomba Mekendang Tunggal.
Dijelaskan lebih lanjut, adanya kategori Barong Buntut yang pesertanya merupakan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Bali ini merupakan salah satu upaya untuk melahirkan bibit baru dalam dunia kesenian, khususnya penari Barong dan Kendang. “Karena ini ajang regenerasi sehingga kami melaksanakan lomba Barong Buntut, sedangkan untuk kategori umum menggunakan jenis Barong Ket, dan untuk peserta SD dan SMP itu dibedakan, karena Bapang Barong dan Mekendang Tunggal merupakan kesenian yang memerlukan tenaga dan penjiwaan yang maksimal, jadi kalau SD dan SMP jika dilihat dari tenaga pasti berbeda” ujarnya.
Pun demikian, untuk lebih maksimal dalam menghasilkan bibit baru dalam dunia kesenian khususnya Mekendang dan Tari Barong, pada ajang Bali Barong Festival ini tidak diperkenankan mengikuti lomba bagi siapapun yang pernah meyandang status juara I, II dan III pada berbagai ajang lomba bapang Barong dan Mekendang. “Kami menegaskan untuk tidak memperkenankan juara I, II dan III di berbagai jenis lomba Bapang Barong dan Mekendang untuk ikut, kami khawatir bibit baru malah takut dan merasa kalah sebelum bertanding,” paparnya.
Adapun lomba ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari 10 pasang Mekendang Tunggal dan Bapang Barong Buntut tingkat SD, 15 pasang Mekendang Tunggal dan Bapang Barung Buntut SMP dan 25 pasang Mekendang Tunggal dan Bapang Barong Umum. Masing-masing kategori tersebut nantinya akan memperebutkan Juara I, II, III dan Harapan I, II, III. Yang nantinya berhak atas Piala, Piagam dan Uang Pembinaan.