Buleleng Suarakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur | Bali Tribune
Diposting : 30 June 2016 14:53
San Edison - Bali Tribune
nyoman
Nyoman Sugawa Korry & Nyoman Tirtawan & Gede Kusuma Putra

Denpasar, Bali Tribune

Masa reses tanggal 20-25 Juni lalu, dimanfaatkan anggota DPRD Provinsi Bali untuk kembali ke daerah pemilihan masing-masing serta menjaring aspirasi masyarakat. Dalam edisi ‘pulang kampung’ kali ini, para wakil rakyat mendapatkan banyak aspirasi masyarakat yang urgent untuk diperjuangan.

Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Sugawa Korry, misalnya, memanfaatkan masa reses kali ini dengan menjaring aspirasi di 9 titik di Buleleng. Di antaranya di Depehe, Kecamatan Kubu Tambahan; Menyali, Kecamatan Sawan; Desa Panji, Kecamatan Sukasada, dan sejumlah daerah lainnya. Kegiatan reses tersebut, rata-rata dihadiri oleh kepala desa, klian dinas, klian adat, serta tokoh masyarakat dan masyarakat umum.

Mayoritas dari mereka, mengusulkan percepatan pembangunan infrastruktur di Buleleng. Salah satunya terkait program pembangunan short cut antara Jalam Mengwi menuju Singaraja, diharapkan realisasinya segera dipercepat.

“Termasuk program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang saat ini sudah berjalan, bisa dipertahankan,” papar Sugawa Korry, yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Bali.

Selain itu dari hasil reses kali ini, imbuhnya, banyak tokoh, perangkat kelurahan/ desa serta masyarakat yang menginginkan agar perbaikan infrastruktur jalan yang ada di kabupaten juga segera dituntaskan. Demikian halnya dengan pelayanan kesehatan untuk kamar kelas tiga, masyarakat menginginkan agar pelayanan kesehatan bagi warga miskin dan kelas menengah ke bawah ini diperbanyak.

Terhadap aspirasi dan harapan masyarakat Buleleng tersebut, Sugawa Korry selaku wakil rakyat berkomitmen untuk terus memperjuangkannya. “Termasuk dalam rangkaian reses di Desa Pengulon, kami juga menyerahkan bantuan kursi roda dan sarana olah raga,” tandas Sugawa Korry, yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Buleleng.

Sementara itu, anggota DPRD Provinsi Bali asal Dapil Buleleng, Nyoman ‘Gerantang’ Tirtawan, juga menyasar sejumlah desa dalam masa reses kali ini. Dalam reses di Desa Asah Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, ada cukup banyak aspirasi yang diterima Tirtawan. Salah satunya, terkait krisis air bersih di Desa Asah Gobleg. “Ternyata warga di desa ini juga mengalami masalah air bersih,” ucapnya.

Untuk mengatasi masalah air bersih ini, Tirtawan tak mau sekedar menawarkan janji. Anggota Komisi I DPRD Provinsi Bali itu langsung mengarahkan masyarakat, untuk menyusun proposal bantuan. Apalagi, ada pos dana hibah, yang pengajuannya bisa difasilitasi oleh anggota dewan. “Mereka saya minta agar susun proposal bantuan hibah. Mudah-mudahan bisa dibantu,” papar Tirtawan.

Adapun dalam reses Tirtawan di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng, salah satu aspirasi yang menonjol adalah warga meminta membangun Lapangan Futsal. “Aspirasi lainnya dari masyarakat adalah terkait pembangunan Gedung Serba Guna di Desa Bebetin,” jelas politisi Partai NasDem itu.

Tirtawan berjanji, untuk beberapa aspirasi tersebut dirinya akan berusaha untuk diperjuangkan di tingkat provinsi. Ia berharap, hal tersebut dapat diperjuangkan melalui anggaran hibah pada APBD Perubahan Provinsi Bali 2016 atau di APBD Induk 2017.

Sementara itu dalam resesnya di sejumlah titik di Buleleng, anggota Komisi II DPRD Provinsi Bali Gede Kusuma Putra, juga banyak ditodong soal infastruktur. Suara masyarakat terkait infrastruktur ini dinilainya logis, selain karena Buleleng luas, juga karena angka kemiskinan di daerah itu masih tinggi.

“Masih banyak jalan di desa-desa yang sulit dilalui. Untuk jalan besar memang sudah bagus. Begitu juga jalan penghubung ke desa, sudah bagus. Tetapi jalan antar-desa, masih jauh dari sentuhan. Belum lagi jalannya rusak, karena tidak ada got dan dilewati truk-truk besar yang mencari batu. Ini banyak dikeluhkan,” jelas politisi PDIP asal Buleleng itu.

Kusuma Putra, juga diharapkan memperjuangkan bantuan sarana prasarana alat tangkap ikan. Apalagi, saat ini nelayan membutuhkan cost BBM tinggi serta mesin dorong berdaya besar. “Kenapa? Karena yang dekat-dekat sudah ga ada ikan. Kalau dulu perjalanan 1 jam sudah dapat ikan, sekarang 3 jam belum tentu dapat,” pungkasnya.