balitribune.co.id | Denpasar - Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2024 ini masih ditopang sektor pariwisata. Pemulihan ekonomi terus berlanjut dengan berbagai tantangan salah satunya ketimpangan wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) dengan non-Sarbagita. Tantangan lainnya yakni ketergantungan perekonomian Bali pada sektor pariwisata, digitalisasi berkembang pesat namun literasi masih rendah, integrasi rantai pasok dari hulu ke hilir belum optimal. Demikian diungkapkan
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Gusti Agung Diah Utari saat sebagai pembicara forum diskusi Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Denpasar, Selasa (10/12).
Kata dia, ketimpangan antar wilayah di Bali ini terlihat dari penyaluran dan pertumbuhan kredit, pertumbuhan dana pihak ketiga yang didominasi di wilayah Sarbagita. "Di wilayah yang bertumpu pada pariwisata, ketimpangan antar daerahnya lebih kecil dengan daerah non pariwisata," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk sektor pertanian, dari serapan tenaga kerja dan share terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat besar, namun belum disokong pembiayaan-pembiayaan. Di sektor pertanian Bali ada dua produk yang berpotensi, namun belum didorong dengan optimal yakni garam dan perikanan. "Produk perikanan Bali baik ikan tangkap dan budidaya semuanya memiliki kualitas ekspor karena perikanan bagian dari sektor pertanian," ujar Utari.
Perikanan Bali hingga kini belum menunjukkan kemajuan signifikan. Hal ini bisa didorong di Bali dengan peran serta dan kontribusi semua pihak. Ia menambahkan, terkait ekonomi Bali tahun 2025 mendatang Bank Indonesia Provinsi Bali cukup optimis masih akan tumbuh baik. "Pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 5 sampai 5,8 persen yang didorong pertanian, karena didukung cuaca yang baik dan optimisme perdagangan dan pariwisata berkualitas. Serta inflasi bisa terkendali dan mendorong promosi desa wisata," imbuhnya.
Pembicara lainnya yakni Fungsional Perencana Muda Bappeda Provinsi Bali, Ida Bagus Putrayasa mengatakan, pembangunan tertumpu di Bali Selatan dan di kawasan lainnya masih berkembang. "Bersama Bank Indonesia dan stakeholder lainnya merangsang pembangunan selain di Bali Selatan," katanya.
Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2025 akan mengoptimalkan pertanian, kelautan, industri kecil menengah (IKM), usaha kecil dan menengah (UKM), pariwisata, pendidikan, Iptek, kesehatan, tenaga kerja, kesejahteraan sosial, tradisi dan seni budaya serta lingkungan hidup. Pihaknya mengatakan, terkait transformasi ekonomi Bali berkaca dari pandemi yang mengharuskan kembali ke sumber daya lokal, terutama sektor kelautan, perikanan, kerajinan dan sebagai sumber tambahan atau bonus adalah pariwisata.
"Strategi tranformasi ekonomi Bali dari sektor-sektor di luar pariwisata yang tidak sepenuhnya bergantung pada pariwisata yakni Bali pintar dan sehat. Bagaimana SDM kita sehat dan bergizi selaras dengan program pemerintah pusat," tambahnya.
Diskusi yang digelar Bisnis Indonesia ini menghadirkan pengamat ekonomi dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Profesor Ida Bagus Raka Suardana. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto pada kesempatan tersebut hadir menjadi pembicara utama.
Diskusi Outlook Ekonomi Bali sebagai potret kondisi ekonomi sepanjang 2024 dan meneropong arah, prospek, dan tantangan perekonomian Bali pada 2025. Outlook Ekonomi Bali mengangkat tema Transformasi Ekonomi Bali untuk Pembangunan Berkelanjutan.