BALI TRIBUNE - Air klebutan atau mata air hingga kini masih diyakini oleh masyarakat sebagai sumber air konsumsi yang paling layak. Apalagi yang berlokasi di kawasan yang disucikan, dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Namun, jika masih juga ada masyarakat yang membuang sampah ataupun limbah sembarangan, akan berdampak pada kuliatas air klebutan.
Mengantipasi itu, DLH Gianyar terus mengintensifkan pemantauan kualitas air, khususnya air klebutan. Melalui UPT Lab Lingkungan, DLH bahkan sudah melakukan tets lab terhaap sejumlah mata iar yang berketagori rentan tercemar. “Sejumlah mata air yang menjadi sumber air konsumsi masyarakat, sudah kita prioritaskan pengujiannya. Syukurnya, hasilnya masih memenuhui stantara baku mutu. Meski demikian, jika pencemaran tidak diantasipasi sejak dini, tentu akan ada penurunan kualitas,” ungkap Kepada DLH Gianyar, I Wayan Kujus Pawitra, Selasa (4/7).
Dijelaskannya, berkait sumber mata air yang ada di Gianyar, kualitas sumber mata air bias rusak akibat kesadaran lingkungan belum dilaksanakan. Menurutnya perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan termasuk limbah akan berpengaruh pada kualitas lingkungan dan kualitas sumber mata air.
Didampingi Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan Gianyar, Putu Diah Mantiasih, disebutkan jika di Kabupaten Gianyar terdapat kurang lebih 120 sumber mata air, selain lima sungai besar. Dari 120-an sumber mata air ini sebagian besar digunakan masyarakat untuk tempat suci (beji), sumber air minum dan kebutuhan lainnya seperti mandi, cuci. Syukurnya, kualitas sumber mata air tersebut masih berada pada baku mutu kualitas air. “Beberapa mata air sudah kami uji dan syukur memenuhi standar baku mutu. Namun tetap lebih aiar dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi,” terang Diah Mantiasih.
Lanjutnya, DLH Gianyar memiliki peralatan untuk mengecek kualitas baku mutu tersebut sejak Tahun 2017. Kini dengan terbentuknya UPTD Laboratorium Gianyar, maka satu persatu kualitas sumber mata air tersebut akan diuji laboratorium. “Kami lakukan pengujian laboratorium untuk mengantisipasi adanya kandungan lain didalam air sehingga membahayakan bagi kesehatan. Syukurnya sampai saat ini belum ada kasus,” beber Diah Mantiasih.
Pada kesempatan itu, Kujus Pawitra juga mewanti agar masyarakat Gianyar yang memiliki ternak sapi, babi atau ternak lainnya, tidak membuang limbahnya ke sungai. Demikian juga dengan pengusaha garmen dan laundry, agar memiliki pengolahan limbah yang standar,” desak Kujus Pawitra. “Limbah dan sampah yang dibuang ke sungai tersebut memberikan dampak buruk kepada lingkungan pada saat itu juga dan member dampak buruk pada kualitas sumber mata air,” terangnya.
Karena itupula, terus berupaya mensosialisasikan kebersihan lingkungan. Karena jika kesadaran masyarakat tidak tumbuh, akan merembet ke kualitas baku mutu air. Selain kebersihan lingkungan, DLH juga terus mensosialisasikan agar warga Gianyar peduli terhadap diri sendiri.