Kesiapsiagaan Bencana Disebut Komponen Penting dalam Menjaga Keberlangsungan Pariwisata Bali | Bali Tribune
Diposting : 27 April 2019 23:40
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
Bali Tribune/SIMULASI - Para pekerja di kawasan pariwisata Nusa Dua berlarian mencari tempat yang aman saat simulasi bencana gempa bumi dan tsunami dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019
balitribune.co.id | Nusa Dua -  Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April 2019 ini di Provinsi Bali dipusatkan di kawasan ITDC Nusa Dua yang merupakan role model bagi Indonesia. Pasalnya Bali merupakan satu-satunya provinsi yang menetapkan setiap tanggal 26 sebagai Hari Simulasi Bencana Provinsi Bali. 
 
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Made Rentin saat kegiatan gladi kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami di kawasan Nusa Dua, Badung, Jumat (26/4) mengatakan bahwa Kepala BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo setiap berbicara mengenai manajemen bencana agar melihat dan mencontoh Bali maupun sinergitasnya dengan Nusa Dua. 
 
"Simulasinya adalah tiap bulan, tiap tanggal 26 semua komponen masyarakat Bali baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan semua tingkatan akan melaksanakan gladi/dimulasi kesiapsiagaan bencana seluruh wilayah di Bali," ungkapnya. Ke depannya dia berharap semua lingkaran Pulau Bali terakomodir sirine peringatan tsunami. 
 
Managing Director ITDC Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita mengatakan sesuai yang dicanangkan Gubernur Bali, momen ini digunakan untuk melakukan latihan penanggulangan bencana di kawasan pariwisata internasional tersebut. Sebanyak 1.300 orang yang terlibat dalam simulasi penanggulangan bencana ini, termasuk wisatawan dan pegawai di hotel. 
 
"Karena kawasan ini merupakan kawasan yang terintegrasi dan juga kawasan pariwisata. Jadi pariwisata itu penting membuatkan jaminan dan informasi bahwa kita punya sistem, kita punya pola untuk menanggulangi bencana," katanya. 
 
Selain itu, kawasan Nusa Dua berada di garis pantai sehingga menjadi salah satu tempat yang rawan terhadap bencana tsunami. "Jadi harus diperhatikan bagaimana menangani kondisi saat terjadi bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Mengingat tidak sedikit wisatawan yang berada di kawasan ini," cetus Ardita. 
 
Pihaknya selaku pengelola kawasan Nusa Dua akan mengintegrasikan SOP yang dimiliki masing-masing hotel. "Kami membuatkan operating procedurenya dalam hal penanggulangan bencana di kawasan ITDC ini. Semuanya 26 hotel termasuk villa itu aktif di internal menguji SOP mereka. Sedangkan kita akan menambahkan spot-spot untuk pelaksanaan kegiatannya," imbuhnya. 
 
Keterlibatan para pegawai hotel dalam simulasi penanggulangan bencana tersebut dikatakan Ardita agar nantinya jika terjadi musibah, disamping bisa menyelamatkan dirinya sendiri juga berkewajiban untuk menjamin keselamatan para tamu yang menginap. "Paling tidak mulai memberikan bantuan kepada tamu agar selamat. Kita juga akan menyiapkan tanda-tanda untuk menuju ke penanggulangan sebagai akses mereka menuju daerah yang aman yang sudah kita tentukan. SOP yang ada di hotel kita integrasikan dan outputnya adalah kami bekerjasama dengan BPBD untuk menyusun SOP kawasan," terang Ardita. 
 
Begitu pun sirine peringatan tsunami yang ada di kawasan akan dites setiap tanggal 26. "Ke depan setelah terintegrasi ada SOP, maka setiap bulannya kita latih secara parsial," ujarnya. 
 
Sementara itu Staff Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran, I Gde Pitana menyambut baik simulasi penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di kawasan yang dikunjungi ribuan wisatawan per hari tersebut. Bagi Kementerian Pariwisata sendiri kesiapsiagaan bencana adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan pariwisata Bali.
 
 "Karena kita semua tahu Indonesia itu berada pada kawasan ring of fire, bencana itu sudah merupakan bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu ada reduksi dan investasi. Kita harapkan pada investasi, kita siap-siap walaupun tidak ada apa-apa, kita meningkatkan kemampuan kita," jelasnya. 
 
Kemudian ditambahkan Pitana dari sisi pariwisata, adanya pelatihan kesiapsiagaan bencana juga sebagai wahana promosi yakni untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia khususnya Bali siap menghadapi datangnya bencana yang memang tidak pernah bisa prediksi. "Hari ini saja di Nias ada gempa. Hal-hal ini yang tidak bisa kita duga. Tetapi kita wajib menyiapkan diri," lanjut Pitana. 
 
Melalui penetapan Hari Simulasi Bencana oleh Pemerintah Provinsi Bali kata dia menunjukkan bahwa pemerintah daerah sangat konsen mengelola pariwisata di pulau ini. "Simulasi ini salah satu tujuannya untuk meyakinkan wisatawan. Dari sisi pariwisata, ini merupakan promosi yang sangat bagus, menunjukkan bahwa kita konsen dan memang betul-betul sudah siap. Seperti di Jepang hampir setiap hari ada gempa, tapi tidak menimbulkan ketakutan karena sudah siap mengantisipasi," paparnya.