BALI TRIBUNE - Banjir lahar dingin di Sungai Toya Sah, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, yang terjadi beberapa waktu lalu tidak hanya membuat puluhan hektare areal sawah di bantaran sungai rusak parah dan berubah menjadi aliran sungai, namun batu besar dan material yang terbawa banjir lumpur itu telah membendung aliran Sungai Telagawaja yang merupakan pertemuan dengan aliran Sungai Toya Sah.
Kejadian alam luar biasa ini mampu mengubah aliran Sungai Telaga Waja yang selama ini menjadi jalur wisata rafting menjadi sebuah danau seluas satu hektare lebih. Sementara jalur rafting yang berada di hilir danau bentukan alam itu saat ini dipenuhi dengan batu-batu besar sehingga perlu waktu sangat lama untuk menormalisasi hingga kembali menjadi jalur aman bagi wisata rafting.
Sejak terjangan banjir lahar dingin tersebut, praktis hampir seluruh usaha wisata rafting yang ada di Telaga Waja tutup. Namun setelah beberapa bulan tak berpenghasilan, sejumlah pemilik usaha wisata rafting berusaha bangkit. Tidak patah arang, mereka berusaha mencari dan menciptakan jalur rafting baru, termasuk menjadikan danau buatan alam seluas satu hektare lebih itu menjadi bagian dari atraksi petualangan wisata arung jeram.
I Made Kertiana, pemilik BMW Rafting, salah satu usaha rafting di Sungai Telaga Waja, kepada koran ini Selasa (26/12) mengaku jika usahanya nyaris gulung tikar akibat banjir lahar dingin yang menerjang beberapa waktu lalu. Namun melihat karyawannya yang kesulitan ekonomi serta tanggungan utang di bank, membuat dia harus memutar otak bagaimana menghidupkan kembali usaha wisata rafting di Sungai Telaga Waja. Dia dan karyawannya pun mencari lokasi start point baru hingga akhirnya ditemukanlah lokasi start di Arca tepatnya di Desa Menanga, Rendang.
Setelah disurvei dan dilakukan penelusuran jalur, pihaknya memastikan jika jalur baru itu cukup aman kendati jarak tempuh dari Arca yang menjadi star point hingga finis yakni di danau tersebut hanya 1 jam. Namun fenomena danau itu menjadi salah satu objek wisata menarik yang bisa dirasakan oleh para wisatawan.
“Kami baru saja mulai membuka kembali aktivitas wisata rafting ini. Kita sudah menemukan jalur baru dan fenomena terbentuknya danau seluas 1 hektare itu menjadi lokasi fantastik bagi wistawan. Karena danau itu menjadi saksi derasnya terjangan banjir lahar dingin dari Gunung Agung,” ungkap Kertiana.
Ketika di danau, para wisatawan diberikan penjelasan dan diceritakan bagaimana banjir lahar dingin itu terjadi sehingga danau kecil itu terbentuk.
“Saat ini wisatawan mulai berdatangan walaupun hanya sekitar 40 persen dari kondisi normal dulu. Namun dari sejumlah agen wisata sudah menelepon saya menanyakan aktivitas wisata rafting, dan mereka akan membawa tamu mereka untuk rafting di track baru ini,” sebutnya dengan penuh optimis.
Namun ada pipa air minum yang melintang di enam titik di danau tersebut yang cukup mengganggu. Untuk itu pihaknya mengharapkan agar pemerintah segera turun tangan membenahinya, agar tidak mengganggu dan membahayakan aktivitas wisata di danau itu.