Pengembangan Subak Melalui BIFSS 2022 di Subak Selat | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 19 Januari 2025
Diposting : 30 August 2022 15:33
DEB - Bali Tribune
Bali Tribune / SUBAK - Prof Windia (pakaian putih) bersama peserta Bali International Field School for Subak (BIFSS) 2022, di Jero Tumbuk, Senin (29/8).
balitribune.co.id | KarangasemSubak Selat yang berada di Kabubaten Karangasem terpilih sebagai tempat pelaksanaan Bali International Field School for Subak (BIFSS) 2022. Dengan pelaksanaan BIFSS ini, diharapkan Subak Selat bisa berkembang pesat untuk mensejahterakan petani. 
 
Subak Selat yang kini sedang berkembang ke arah pertanian organic, dan koperasi tani, hingga Jumat (2/9) mendatang akan menjadi tempat praktek lapangan pelaksanaan BIFSS. Dimana sebelumnya, para peserta diarahkan untuk berdiskusi dan menghasilkan gagasan bagi Pemerintah. Peserta merupakan perwakilan dari beberapa kampus di Indonesia dan luar negeri yakni dari Austria.
 
Ketua Stispol Wira Bhakti, Prof Wayan Windia, Senin (29/8) hadir membawakan materi tentang subak kepada para peserta BIFSS. Dengan demikian, para peserta bisa mendapatkan pemahaman awal tentang subak. 
 
Pada kesempatan itu, Prof Windia memaparkan tentang definisi subak, fungsi subak, sejarah subak, termasuk larangan di kawasan subak. Disebutkan bahwa, berdasarkan beberapa Purana (catatan sejarah), masyarakat dilarang melakukan perbuatan tak senonoh di kawasan subak, dilarang berkata-kata kasar, dan tidak boleh mengadu fisik hingga mengeluarkan darah.
 
Semua perilaku tersebut dilarang karena kawasan subak adalah kawasan yang sakral. Dibuktikan dengan ritual yang disajikan di hari tertentu secara rutin. Bila hal itu dilanggar, maka akan dikenakan sangsi sosial pada berupa ritual, yang disebut dengan upacara 'Mebalik Sumpah'. Semua ritual itu, ditujukan untuk memuliakan Tuhan dalam wujud-NYA sebagai Dewa Wisnu dan Dewi Sri.
 
Ketua pelaksana BIFSS, Dr Catrini Pratihari Kubontubuh MSc atau yang disapa Dr Ari, mengatakan bahwa pelaksanaan BIFSS tahun ini adalah yang ke 8 kali. Dimana, pelaksanaan sebelumnya mengambil lokasi di daerah Gianyar, dan Karangasem. 
 
"Tema pembahasan BIFSS 2022 yaitu The Role of Digital Technologies in the Preservation of Subak and Balinese Cultural Heritage. Sejak tahun lalu dipusatkan di Jero Tumbuk (Selat), dan Subak Selat sebagai tempat praktek lapangannya," katanya.
 
Dr Ari yang tinggal di Jakarta, secara rutin ke Bali untuk melakukan pembinaan Subak. Ia berharap agar Pemerintah Daerah Bali ikut menjaga Subak, dan memberikan perhatian yang sepadan bagi Subak, agar warisan dunia ini bisa lestari.
 
Ia berharap usaha yang dilakukan, melalui yayasan miliknya, Yayasan Bali Kuna dan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dapat bermanfaat bagi budaya Bali khususnya Subak. 
 
Sementara itu, Ketua Yayasan Bali Kuna, Gusti Lanang Widiarta SH menyampaikan bahwa berbagai kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi dilaksanakan di Jero Tumbuk. Suami dari Dr Ari itu berharap, pihaknya dapat meneruskan tradisi orang tuanya yang bersifat sosial terhadap masyarakat. 
 
"Setelah melanglang bhuwana, hingga pensiun, maka kini saatnya kami berbuat sesuatu untuk desa dan subak di sekitar rumah kami. Semuanya itu adalah untuk melanjutkan tradisi leluhur kami," tandasnya.