Ratusan Krama Iringi Upacara Ngaben Sekda Terlama di Bali | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 27 Desember 2024
Diposting : 22 July 2016 12:12
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
pengabenan
NGABEN - Prosesi upacara Ngaben almarhum Nyoman Sembah Subhakti, di Setra Banjar Dawan, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng, Kamis (14/7).

Denpasar, Bali Tribune

Mantan Sekertaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Provinsi Bali, Nyoman Sembah Subhakti yang meninggal dunia Kamis (14/7) di usianya yang ke 82 Tahun diaben pada Wrespati Paing Kulantir, Kamis (21/7). Prosesi upacara Ngaben almarhum yang merupakan mantan Sekwilda Bali terlama sepanjang sejarah yang menjabat selama 21 tahun di tiga era Gubernur berbeda periode 1968-1989 ini, dilakukan di Setra Banjar Dawan, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng.

Prosesi upacara Ngaben mantan Sekda di era Gubernur Soekarmen (periode 1967-1978), Prof Dr IB Mantra (1978-1988), hingga Prof Dr dr IB Oka (1988-1998) ini diiringi ratusan krama yang terdiri dari keluarga, tetangga, kerabat, kolega, dan kenalan. Prosesi upacara Ngaben Almarhum Sembah Subhakti yang lahir pada 27 Februari 1934 ini diawali pada Saniscara Pahing Ukir, Sabtu (16/7), dengan upacara Ngagem Dewasa, Ngulapin dan Mejauman.

Dilanjutkan dengan prosesi Nyiramin pada Soma Wage Kulantir, Senin (18/7). Sehari setelah prosesi Nyiramin dilanjutkan dengan prosesi Pengeneng pada Anggara Kliwon Kulantir, Selasa (19/7), serta Padeengan pada Buda Umanis Kulantir, Rabu (20/7). Puncak acara Ngaben jatuh pada Wrespati Paing Kulantir, Kamis (21/7) , dan ditutup dengan Nyegara Gunung yang akan digelar pada Sukra Pon Kulantir, Jumat (22/7) hari ini.

I Ketut Ngurah Boy Jaya Wibawa, yang merupakan anak keempat almarhum, mengaku sangat kehilangan almarhum, terlebih almarhum merupakan sosok panutan dalam berkeluarga, maupun bermasyarakat. Sepeninggal almarhum yang merupakan birokrat legendaris ini pun meninggalkan banyak kenangan dan cerita bagi putra putri maupun cucu-cucu almarhum. Alrarhum dikenal sangat dekat dengan keluarga, dan mencintai serta menyayangi anak-anak serta cucunya. Selain itu, jiwa pengabdian almarhum kepada Negara dan Bali pada khususnya selalu menjadi panutan bagi putra-putra almarhum dalam menjalankan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari.

“Beliau memiliki jiwa pengabdian yang sangat tinggi. Sepengatahuan tiang, beliau ketika bertugas tidak pernah memikirkan yang lain. Beliau juga mengingatkan kepada anak-anak beliau agar juga memiliki jiwa pengabdian itu. Beliau mengingatkan agar anak-anak beliau mendahulukan kerja dan pengabdian, masalah rezeki sudah ada yang mengatur,” kenang Boy Wibawa. Selain dikenal dekat dengan keluarga, almarhum juga dikenal memiliki sikap yang sangat sederhana dan selalu menjaga hubungan yang harmonis baik dilingkungan kerja maupun hubungan sosial masyarakat.

“Beliau sangat sederhana, tidak pernah marah, pengendalian dirinya sangat tinggi. Kadang saya juga heran, kenapa bapak tidak pernah marah. Almarhum sangat tenang dalam menghadapi masalah. Dan tidak mementingkan diri sendiri. Bapak juga selalu menjaga hubungan harmonis dengan bawahan, masyarakat. Jiwa sosialnya juga tinggi. Beliau selalu berusaha agar bagaimana caranya merangkul semuanya agar bisa berjalan dengan harmonis. Di Desa juga beliau dikenal sebagai penglingsir yang dihormati karena sering memberikan nasehat dan motifasi. Sepeninggal beliau, kami kehilangan tokoh panutan kami,” ujar Bow Wibawa.

Seperti diberitakan sebelumnya, almarhum Sembah Subhakti, meninggal dunia di ICU RS Puri Raharja, Kamis (14/7) siang. Sebelum menghembuskan napas terakhir, almarhum Nyoman Sembah Subhakti sempat selama tiga pekan menjalani perawatan di RS Puri Raharja Denpasar, sejak 25 Juni 2016 lalu.