Gianyar, Bali Tribune
Setelah Ubud, giliran Desa Peliatan menjadi lautan manusia sepanjang Minggu (29/5). Ribuan warga dan wisatawan berdesak-desakan untuk menyaksikan pelebon mendiang Tjokorda Istri Muter, Putri Raja Peliatan terkahir dari Puri Agung Peliatan. Dengan bersaranakan menara bade tumpang sembilan setinggi 17 meter dan patung lembu raksasa yang berbobot satu ton.
Dari persiapan keberangakatan, Jalan Raya Peliatan hingga kuburan Dalem Puri, Desa Adat Peliatan sudah penuh sesak oleh warga lokal dan wisatawan asing. Ribuan penyandang/pengarak dari belasan banjar dilibatkan dengan sistem estafet. Pelebon Tjokorda Istri Muter tidak menggunakan Naga Banda, karena tak pernah pegang tampuk kekuasaan.
Panglingsir Puri Peliatan, Cokorda Gde Putra Nindia, mengatakan almarhumah merupakan perintis sekolah TK pertama di Bali, hidup almarhumah rela tidak menikah (Kania) demi mengabdi di dunia pendidikan dan menjadi perintis sekolah TK di Yayasan Perguruan Saraswati Denpasar tahun 1946.
Almarhumah juga tercatat menjadi guru TK pertama di Bali kala itu. Alm. Tjok Istri Muter merupakan putri pertama Raja Peliatan ke-8, dengan 11 saudara, termasuk ayah Cok Nindia, Alm Tjokorda Gde Agung. “Sedangkan satu-satunya saudari almarhum yang masih hidup hingga kini yakni, AA Istri Sri yang menikah ke Puri Agung Gianyar atau ibu kandung dari Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata,” imbuhnya.
Tjok Isti Muter meninggal (lebar) pada Saniscara Wuku Tambir (9/5) lalu di kamarnya di Puri Agung Peliatan karena sakit menua. Sebelum upacara perabuan jenazah telah dilaksanakan upacara Ngening, Nyiramin, serta puncak hari ini Redite wuku Wayang (29/5) serta nganyut ke Segara Masceti, Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh Gianyar.
Prosesi pengusungan Bade dilakukan lebih dari 1.000 warga Desa Pakraman Peliatan dan sekitar. Bade diusung dimulai pukul 12:00Wita dari Puri Agung Peliatan tempat disemayamkan jenasah menuju Setra Dalem Puri Desa Pakraman Peliatan yang jaraknya sekitar 2Km menuju arah utara.
“Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan serta doa semua masyarakat, sehingga upacara palebon ini berjalan lancar, kami dari pihak keluarga mohon maaf jika ada perbuatan almarhum yang salah saat masih hidup,” imbuh Cok Nindia.
Sementara itu, ribuan wisatawan yang ikut berbaur mengaku sangat senang dapat menyaksikan langsung upacara kremasi keluarga kerajaan yang spektakuler ini. “ It’s Fantastic, I’m very-very lucky have seen this Royal cramation ceremony,” ungkap Vincent, wisatawan asal Kanada.