balitribune.co.id | Singaraja - Praktisi hukum Kadek Doni Riana (KDR) terus memantapkan diri maju menjadi pemimpin di Buleleng. Melalui momentum Pilkada,selain maju lewat jalur independen, KDR kini memilih maju melalui jalur partai politik (Parpol).
Sejumlah petinggi parpol telah didatangi sebagai bukti keseriusan dan termutakhir KDR bertemu dengan 2 pengurus parpol yakni Perindo dan Gelora Buleleng. Pertemuan untuk membangun kongsi itu berlangsung Selasa (21/5). Hasilnya, kehadiran KDR mendapat antusiasme bahkan mendapat apresiasi dari segenap partai Parlementer dan non parlemen di Buleleng.
"Dari partai non parlemen kami diberikan penghargaan oleh KDR untuk partai partai non parlemen dan memfasilitasi kami dan itu suatu yang membanggakan kami," ucap Midle yang merupakan bendahara DPC Partai Perindo, Selasa (21/5).
Menurut Midle, terkait pendaftaran pihaknya belum membuka mekanisme pola tersebut.Pasalnya Perindo tidak memiliki kursi, namun keinginan KDR akan di sampaikan ke DPW dan DPP.Sementara itu,juru bicara Partai Gelora Buleleng Hakim mengatakan pihaknya akan menyampaikan keinginan KDR ke pimpinan tingkat DPC, DPW dan DPP. "Akan kita sampaikan ke ketua dan kita apresiasi KDR untuk ikut memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung pilkada ini, akan segara kita sampaikan bagaimana kelanjutannya," tandas Hakim.
Sebelumnya KDR sudah melakukan roadshow ke Partai Hanura, Masyumi dan Buruh, pada Senin 20 Mei 2024.Selain itu KDR juga menyambangi Garuda, PAN, PSI, PBB, PPP dan PKB. Semua partai tersebut mengapresiasi langkah KDR melakukan komunikasi politik strategis guna membangun Buleleng dengan maju sebagai calon bupati dari jalur partai.
KDR mengatakan pihaknya akan terus melakukan gerilya ke partai parlemen dan non parlemen guna menyalurkan aspirasi pendukungnya yang sempat terganjal di jalur independen yang hanya kurang 6.000 KTP. "Setelah Demokrat, Hanura selanjutnya partai partai non parlemen, kami merencanakan silaturahmi dengan partai partai lain yang memiliki Chemistri yang sama dalam membangun Buleleng," tandas KDR.