BALI TRIBUNE - Kiprah tim basket putri Merpati Bali dalam kurun tiga musim terakhir ini semakin berkembang, baik secara organisasi permainan maupun secara manajemen. Menatap musim Srikandi Cup selama setahun ke depan, mereka berhasil mengikat kerja sama dengan produsen peralatan olahraga lokal (Eagle) dan juga bekerja sama dengan pusat kebugaran olahraga (Gold’s Gym).
Metamorfosis klub kebanggaan warga Pulau Dewata ini dimulai pada tahun 2015, ketika mereka untuk pertama kalinya mengikuti ajang Woman’s Indonesian Basketball League (WIBL) yang saat itu hanya diikuti oleh empat tim. Kehadiran Merpati Bali di ajang WIBL saat itu terjadi lewat campur tangan Deddy Setiawan pemilik klub Merpati Bali yang melakukan proses merger dengan tim Tomang Sakti Jakarta.
Berbekal kurang lebih enam pemain muda asal Bali, di antaranya Kadek Pratitta Cita Dewi, Dewa Ayu Made Sriatha Kusuma, Regita Pramesti melebur dengan para pemain klub Tomang Sakti Jakarta yang sudah ada seperti layaknya Agustin Elya Gradita Retong, Dora Lovita dan Jacklin Ibo.
Tanpa diduga kolaborasi kedua tim ini bisa mencuri perhatian ditahun perdananya, ketika mereka mampu menatap final dibawah pelatih Raoul Miguel Hadinoto, meski pada akhirnya mereka harus takluk di tangan Surabaya Fever.
Lepas tahun kedua, Deddy Setiawan melakukan sejumlah perombakan dan perbaikan tim. Di antaranya dengan merekrut pelatih baru yakni Bambang Asdianto Pribadi, juru taktik timnas basket putri Indonesia yang sukses mengantarkan Indonesia meraih medali Perak di SEA Games Singapura 2015 silam.
Lewat perpaduan manajemen yang rapi dan kolaborasi coaching staff yang solid yang di nahkodai Bambang Asdianto Pribadi, secara pelan tapi pasti Merpati Bali akhirnya mulai menjelma sebagai salah satu tim dengan kekuatan yang merata dan patut diperhitungkan di ajang di Srikandi Cup musim ini.
Tahun pertamanya menangani tim belumlah berbuah manis. Merpati Bali harus puas di peringkat ketiga. Pada saat itu kendala cedera sejumlah pemain sedikit mempengaruhi performa mereka pada seri pamungkas yang berlangsung di Surabaya. Tapi pembelajaran mereka di musim kemarin adalah semakin matang dan terbentuknya chemistry permainan tim di antara mereka.
“Memasuki tahun ketiga, progress tim ini semakin matang. Bersama coaching staff, manajemen dan pemain, impian kami adalah bisa terbang lebih tinggi lagi dengan meraih prestasi yang semaksimal mungkin, “ ujar Deddy Setiawan, yang juga merupakan koordinator Srikandi Cup 2017-2018 dalam siaran pers diterima Bali Tribune, Kamis (16/11).
Sementara Pelatih Merpati Bali Bambang Asdianto Pribadi, mengaku tantangan musim ini lebih berat dibanding musim kemarin. Hanya saja ia mengaku tidak mau ambil pusing dan tetap akan fokus berkonsentrasi menangani timnya. Jumlah peserta dan game yang semakin kompetitif di musim ini justru menambah gairahnya untuk bisa membawa timnya menuju level permainan yang lebih baik lagi
“Selain kendala pertandingan antarkampus, saya sempat absen menangani tim untuk beberapa hari lamanya terkait harus mengikuti program bea siswa FIBA yakni International Coach Appreticenship in Basketball 2017 dari USOC (United State Olympic Committee). Tapi itu bukan suatu alasan karena saya percaya dengan coaching staff dan seluruh pemain saya. Pastinya Merpati Bali tidak akan ingkar janji untuk meraih hasil yang terbaik pada seri pertama di Makassar nanti,” ucap Mbing, sapaan akrab Bambang Asdianto Pribadi.
Musim ini Merpati Bali menambah kekuatannya dengan merekrut beberapa muka-muka baru diantaranya dua pemain kembar eks klub Sritex Solo Lamia dan Tania Rasidi dan juga pemain muda seperti Cecilia Tirza, Husna (Jawa Barat), Millania Angela, Natalia Vivi (Pontianak).