BALI TRIBUNE - Bertepatan dengan perayaan Hari Raya Kuningan yang jatuh pada rahina Saniscara Kliwon Kuningan atau, Sabtu (11/11) lalu. Warga Br. Jelantik Kuribatu Desa Pakraman Tojan menggelar tradisi nyaagang. Ritual yang berlangsung saat tengah hari ini merupakan tradisi mengantar roh leluhur ke nirwana.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat Br. Jelantik Kuribatu, Jro Mangku Alit, ritual itu digelar secara turun temurun sejak masa kejayaan Kerajaan Gelgel lalu. “ Kapan tepatnya ritual nyaagang ini digelar kita tidak tau pasti,yang jelas menurut orang tua kami itu sudah sejak jaman kerajaan Bali tempo dulu sudah dilaksanakan,”terangnya.
Dia mengatakan, tradisi nyaagang dimaknai sebagai upakara ritual mengantarkan roh leluhur yang sudah berada di lingkungan rumah masing masing warga selama 16 hari kembali ke alam nirwana.
“ Bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, sebelum tengah hari di setiap pemesu (pintu keluar rumah,red) masing-masing keluarga dihaturkan persembahan untuk menghantar roh leluhur kembali ke nirwana,” ungkap Mangku Alit.
Sementara itu salah seorang warga, Ni Made Ariani mengakui, dirinya tidak berani menyelenggarakan ritual nyaagang setelah lewat tengah hari. Menurutnya, jika tanpa persembahan usai waktu dimaksud para roh leluhur diyakini akan kembali tanpa meninggalkan kesan berarti bagi keluarga yang ditinggalkan.
“ Kami sekeluarga selalu menggelar ritual nyaagang ini sebelum matahari lewat tengah hari. Karena kami yakin jika setelah lewat tengah hari roh leluhur kita akan ngambul kembali ke nirwana tanpa dapat kata-kata perpisahan dari para keturunan beliau. Untuk itulah kami laksanakan sebelum tengah hari terkadang diiringi dengan tangisan para keturunannya beliau tersebut saat melepas roh leluhur kembali,” paparnya.