balitribune.co.id | Singaraja - Sebagai salah satu desa pesisir rawan tsunami Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng mendapat perhatian untuk diedukasi soal gempa bumi dan tsunami. Salah satunya menjadikan warga DesaPengastulan menjadi komunitas tsunami ready.
Untuk itu Tim The United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO) bakal hadir di desa tersebut untuk melakaukan penilaian dari semua indicator yang ditetapkan salah satu badan di PBB tersebut.Jika lolos, komunitas itu akan menjadi komunitas kedua di Bali yang diakui UNESCO.
Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, Rabu (24/4) usia melakukan rapat persiapan bersama elemen terkait di Desa Pengastulan. Ia mengatakan, verifikasi dari tim UNESCO tersebut, rencananya akan dilakukan selama dua hari pada 25-26 April 2024. Selama proses verifikasi, UNESCO akan datang langsung ke Desa Pengastulan, didampingi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kantor pusat dan Bali.Verifikasi tersebut meliputi kesiapan masyarakat dalam melaksanakan 12 indikator siaga tsunami. “im verifikator akan melihat bagaimana kesiapan relawan atau masyarakat Desa Pengastulan dalam melaksanakan 12 indikator tsunami ready,” jelas Ariadi.
Dua belas indikator siaga tsunami itu di antaranya soal identifikasi yakni keberadaan peta bahaya tsunami,data perkiraan jumlah penduduk beresiko diwilayah rawan gempa bumi dan tsunami,inventaris sumber daya ekonomi,infrastruktur politik dan sosial.Setelah itu soal kesiap siagaan diantaranta peta evakuasi tsunami, papan informasi public gempa bumi dan tsunami, materi sosoalisasi Pendidikan dan kesiapsiagaan terdistrbusi, Kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan secara rutin (setahun 3 kali) dan pelatihan tsunami (paling tidak dua tahun sekali).
“Soal respon juga menjadi indiktor penilaian yakni Rencana Operasi Kedaruratan Tsunami,Kapasitas operasional tanggap darurat tsunami, sarana/peralatan penerimaan info gempabumi dan peringatan dini tsunami 24/7 dan Sarana/peralatan info gempabumi dan peringatan dini tsunami 24/7,” jelas Ariadi.
Komunitas masyarakat siaga tsunami di Desa Pengastulan telah dibentuk sejak tahun 2023 dan telah melakukan sejumlah edukasi dan simulasi terkait bencana tsunami. Bahkan, komunitas tersebut saat ini telah diakui oleh BMKG. “Kalau lolos dalam verifikasi, komunitas masyarakat siaga tsunami di Desa Pengastulan, akan menjadi komunitas kedua di Bali yang diakui oleh UNESCO. Dimana komunitas pertama yang diakui yakni, komunitas siaga tsunami di Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,” ungkapnya.
Ariadi berharap adanya komunitas siaga tsunami masyarakat akan memahami potensi ancaman bencana, bisa melaksanakan evakuasi, maupun mengetahui jalur evakuasi.”Setidaknya jika terjadi kondisi darurat masyarakat sudah mengetahui apa yang harus dilakukan terlebih jika terjadi gempa dengan potensi tsunami,” tandasnya.