Mangupura, Bali Tribune
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta tertarik dengan metode pengolahan sampah yang diterapkan PT Angkasa Pura (AP) I Bandara Internasional Ngurah Rai. Rabu (1/6), Bupati Giri Prasta didampingi Wakil Bupati I Ketut Suiasa, Sekda Kompyang R Swandika serta Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan I Putu Eka Merthawan, meninjau incenerator pengolahan sampah ramah lingkungan.
Pengolahan sampah menggunakan Incenerator yang dimiliki Angkasa Pura dengan membakar sampah tanpa mengeluarkan asap atau gas buang. Direktur Teknik Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai I Nyoman Sujana menjelaskan, awalnya bandara memiliki pembakaran sampah secara konvensional, dengan menghasilkan gas buang CO2 yang cukup tinggi. "Dengan incenerator ini tidak menghasilkan gas buangan hingga ramah lingkungan. Alat ini juga bisa digunakan untuk memusnahkan limbah B3 yang sangat berbahaya," terangnya.
Incenerator yang dioperasikan Angkasa Pura senilai Rp 3,9 milir dengan kapasitas reduce 600 kg/jam. Hasil pemakaran sampah dengan suhu yang sangat tinggi ini beruba debu, yang bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan batu bata atau paving.
Mendengar penjelasan tersebut, Bupati Giri Prasta langsung menyatakan ketertarikannya untuk menerapkan pengolahan sampah menggunakan incenerator. "Kita sudah meminta DKP untuk melakukan kajian teknis, mengenai peralatan, perlengkapan termasuk mengenai kesiapan SDM (sumber daya manusia)," kata bupati.
Pemkab Badung lanjut bupati telah memiliki komitmen penanggulangan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Incenerator atau yang diistilahkan oleh bupati sebagai 'krematorium sampah' bisa dijadikan alternatif, bagaimana mengubah sampah menjadi berkah dan rupiah.
"Kita ingin menjadikan sampah sebagai berkah, bukan sebagai masalah. Hasil pembakaran berupa debu bisa dijadikan bahan paving block, yang nanti bisa digunakan pada jalan-jalan lingkungan sehingga perwajahan kabupaten Badung bisa lebih asri dibandingkan sekarang," tandasnya.
Pihaknya menargetkan tahun anggaran 2017, sistim pengolahan sampah ramah lingkungan ini bisa diterapkan dibeberapa desa/kelurahan. Untuk tahap awal akan diutamakan pada kawasan pariwisata. "Segera akan kita realisasikan secara bertahap mulai tahun anggaran 2017. Untuk awal kita akan prioritaskan pada wilayah pariwisata, dan desa yang memiliki pasar," pungkasnya.