Puluhan Subak Terancam Kekeringan | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 November 2024
Diposting : 13 September 2016 09:55
Arta Jingga - Bali Tribune
kekeringan
Endapan lumpur yang meninggi menyebabkan Bendungan Telaga Tunjung tak bisa banyak menampung air.

 Tabanan, Bali Tribune

Tak hanya karena kemarau, surutnya air Bendungan Telaga Tunjung di Banjar Telaga Tunjung, Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, juga disebabkan pengendapan lumpur yang terus meninggi. Kini, bendungan yang dibangun di era Bupati Adi Wiryatama ini tak lagi bisa menampung air sesuai daya tampung.

Salah seorang warga di sekitar bendungan mengatakan, pengendapan lumpur yang terus meninggi terjadi sekitar lima tahun lalu setelah bendungan tersebut diresmikan pada tahun 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu.

"Kalau dulu harus pakai perahu, sekarang karena ada lumpur jadi bisa jalan di pinggir-pinggir bendungan, apalagi saat surut," ujar warga yang enggan namanya dikorankan, Senin (12/9).

 Dengan adanya pengendapan lumpur tersebut bukan tidak mungkin jika debit air yang bisa ditampung bendungan berkurang sehingga di saat kemarau seperti saat ini, puluhan subak yang dialiri air Bendungan Telaga Tunjung tersebut terancam kekeringan. Belum lagi air bendungan yang juga diambil PDAM 20 liter per detik.

 I Putu Sutawan (31), asal Banjar Subamia Ambal-ambal, Desa Subamia, Tabanan, yang mengaku sering memancing di bendungan ini, kemarin mengatakan jika sekitar 10 hari terakhir debit air di bendungan yang bersumber dari air Sungai Yeh Ho tersebut sudah berkurang. Dimana pada musim hujan, debit air bisa mencapai 202 meter, sedangkan saat ini debit air di bawah 190 meter. “Biasanya kalau musim hujan air langsung mengalir ke tempat pelimpahan, sekarang surut tempat pelimpahan juga kering,” ujarnya.

Terkait hal ini, Perbekel Desa Timpag I Gusti Wayan Sukewahana menyampaikan jika di saat musim kemarau, debit air di bendungan itu memang berkurang padahal tiga daerah irigasi bergantung pada air di bendungan seluas 22 hektare yang digenangi air seluas 16,5 hektare tersebut, yakni daerah irigasi Meliling, Sungsang, dan Gadungan Lambuk.

“Kalau hujan sudah pasti airnya melimpah, jika musim kemarau saat ini lah debit air berkurang dan ini cukup mengkhawatirkan,” ungkapnya.

Kendati demikian, untuk saat ini di subak sekitar bendungan masih bisa menanam padi karena ada pengaturan penanaman. Hanya saja lahan yang di hilir terancam kekeringan karena baru menanam padi, sedangkan lahan yang berada di hulu sebagian sudah berumur 5 sampai 6 minggu.

“Yang sedang menyiangi dua kali sudah aman, nah yang baru menanam ini ditakutkan akan kekurangan air karena tidak ada hujan dan debit air bendungan terus menurun,” sambung Sukewahana.

 Atas kondisi ini, Pekaseh Subak Lanyah Delod Jalan, I Wayan Jastra (59), yang subaknya dialiri air dari Bendungan Telaga Tunjung mengatakan jika musim kemarau seperti ini otomatis tidak ada air mengalir ke Subak Lanyah Delod Jalan, sehingga petani di subak itu memilih menanam jagung yang kini sudah mulai panen.