BALI TRIBUNE - Ketua Umum Pengprov Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Bali, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya merasa tertantang untuk merealisasikan 3 medali emas dari cabor tarung derajat pada PON XX/2020 Papua. Namun ia mengakui target yang diberikan Ketum KONI Bali Ketut Suwandi tersebut, cukup berat.
Pada PON XIX/2016 di Jawa Barat, cabor tarung derajat Bali meraih dua medali emas, dan menjadi penyelamat Bali ke peringkat keenam. oleh sebab itu pada PON mendatang tarung derajat ditarget meraih 3 medali emas.
"Kami akui 3 medali emas memang cukup berat di Papua. Tapi kami berusaha secara perlahan untuk mendekati target tersebut. Dengan berbagai program yang ada," ungkap pria yang akrab disapa Turah Joko ini, Minggu (14/5).
Peningkatan jumlah target, kata Turah Joko memang diharapkan semua pihak. Tapi melihat rivalitas yang terjadi di tengah lapangan, membuat pihaknya harus berhitung lebih dulu. "Bagi kami, target itu memang motivasi. Di PON Jabar sukses meraih 2 medali emas, termasuk ada medali perak dan perunggu. Nah, bagaimana sekarang meningkatkan 2 medali emas itu menjadi 3, itu tugas dan tanggung jawab kami," terang Turah Joko.
Untuk itu dia berharap saat ini secara perlahan sudah mulai bergerak. Dengan mengikuti pembatasan umur atlet tarung yang boleh berlaga di Porprov Bali mendatang. Dengan begitu, usia muda itu bisa kembali dibina untuk proyeksi turun di PON Papua.
"Terpenting Kodrat akan fokus menggarap potensi. Karena ada petarung PON sebelumnya tidak bisa turun kembali di Papua. Hasilnya usai Porprov digenjot dengan waktu yang lama, bagi yang juara-juara itu sebagai tim bayangan Pra-PON," tandas Turah Joko.
Sementara itu mantan Sekum Kodrat Bali, AA Tri Candra Arka atau yang biasa disapa Gung Cok menegaskan, Kodrat Bali tidak akan mengadopsi atlet dari kabupaten lain bertarung di Porprov. Jadi, petarung yang turun merupakan murni hasil binaan masing-masing daerah di Bali.
"Untuk Porprov ini murni dari daerah bersangkutan. Karena kami ingin yang terbaik dikirim untuk mewakili kabupatennya. Sehingga yang juara nantinya merupakan petarung terbaik di masing-masing kelas," tegas Gung Cok.
Sementara untuk wasit yang memimpin laga Porprov mendatangkan adalah wasit dari luar daerah Bali agar lebih objektif dan tidak ada keberpihakan kepada salah satu atlet. "Ini kan mencari yang terbaik, jadi juara sejatinya yang diharapkan keluar sebagai pemenang. Karena Kodrat mencari yang terbaik, makanya untuk Porprov melibatkan penilaian wasit dari luar,” imbuhnya.