BALI TRIBUNE - Seisi kalangan Ayodya Art Centre pada Sabtu (1/7) malam penuh sesak. Pada malam itu, ribuan pengunjung nampak terhibur dengan penampilan Parade Drama Gong Remaja Duta Kota Denpasar Sekaa Drama Gong Dharma Duta Laksana Banjar Kepisah, Pedungan Denpasar Selatan.
Penampilan Sekaa Dharma Duta Laksana dengan garapan berjudul I Lutung Kelana nampak sukses menarik perhatian pengunjung. Pengunjung PKB antusias menyaksikan kesenian yang belakangan pamornya mulai sedikit meredup ini. Penampilan para seniman- seniman muda Kota Denpasar memerankan dengan baik setiap lakon pementasannya diselingi dengan lawakan maupun aksi kocak para pemeran drama berhasil membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.
Koordinator Duta Kota Denpasar, I Made Gede Kariyasa menuturkan, I Lutung Kelana mengisahkan mimpi Raja Sindhu Raja. Dalam mimpi dia diperintahkan oleh Bhatari membangun pelinggih di Tanjung Sari.
Dijelaskannya, Tunjung Sari adalah sumber mata air (Toya Klebutan) dijaga I Lutung Kelana. Untuk mempersiapkan Yadnya, raja mengundang menantunya dari Kerajaan Merta Pura yaitu Raden Surya Nata. Raden Surya Nata bersama istrinya Diah Pradnyadari memenuhi undangan itu, namun dalam perjalanan terdampar di Kerajaan Karang Wilis.
Dalam keadaan tersebut, kata Kariyasa, Raja Prami menawarkan tempat beristirahat namun itu siasat untuk mendapatkan Raden Surya Nata. Bersama Patih Agung, Raja Prami mempraktekan ilmu hitam dan Raden Surya Nata menjadi linglung lalu mencampakkan Diah Pradnyadari. Patih Agung lalu menyiksa Diah Pradnyadari dan membuangnya di hutan.
“Di sana dia dirawat oleh kera putih. Patih Wreda melihat membawa Diah Pradnyadari dan kera putih ke Sindhu Raja. Kera putih mengingatkan Raja Sindhu Raja akan mimpinya. Ternyata kera putih itu adalah I Lutung Kelana. Raja memerintahkan I Lutung Kelana membawa tirta panglukatan dari sumber air Tanjung Pura untuk memusnahkan ilmu Raja Prami dan Patih Agung” ujarnya.