BALI TRIBUNE - Ribut-ribut tentang penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menyebutkan banyak siswa yang terancam tidak dapat sekolah, di Gianyar justru terdapat sekolah negeri maupun sekolah swasta yang paceklik siswa. Salah satunya, SMPN 3 Payangan yang baru kebagian 46 siswa dari daya tampung 128 siswa. Meksi pihak sekoah sudah menawarkan mess gratis untuk siswa, tidak juga mampu menjadi daya magnet.
Kepala sekolah SMPN 3 Payangan I Ketut Karin Nata, Jumat (7/7), mengungapkan, sekolah yang didirikan tahun 2013 lalu itu terbilang cukup memadai dan memiliki 12 kelas. Namun, salah satu faktor utama yang membuat sekolah ini kurang diminati siswa, lantaran lokasinya di daerah terpencil. Yakni di Banjar Selat, Desa Buahan kaja, Payangan. Meski demikian Kari Nata cukup berbangga dengan out put anak didiknya yang mampu bersaiang dnegna sekolah favorit lainnya. “Tahun lalu siswa kami mewakili Gianyar dalam olimpiade matematika. Sejumlaha guru abdi kamai juga mendapatlkan sejumah prestasi,” bangganya.
Sayang, dengan prestasi yang diperoleh itu, sekolah setempat tetap paceklik siswa. Dalam tiga tahun berturut-turut, jumah siswa terus menurun. Di Tahun ajaran 2015/2016 pihanya hanya kebagian 71 orang siswa. Setahun berikutnya tahun ajaran 2016/2017 menurun lagi menjadi 58 orang. Sedangkan tahun ini, jumlahnya kian mengecil manjadai 46 orang siasa. Padahal target yang diharapkan sesuai ketentuan Permendagri adalah 128 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. ” Kendala utamanya karena lokasinya jauh dan terpencil,” terangnya lagi.
Mensiasati paceklik siswa berkepanjangan, pihaknya sempat berharap banyak terhadap bantuan Mess Siswa bantuan pihak luar negeri untuk mengatasi masalah lokasi yang jauh. “Kini siswa SMPN 3 Payangan sudah kami siapkan Mess. Namun belum juga mampu menarik minat calon siswa,” ungkapnya.
Dengan kondisi ini, pihaknya khawatir semakin ditinggalkan siswa. Diperparah dengan terbatasnya guru di sekolah setempat. Disebutkan, kini SPMN 3 payangan hanya memiliki 8 guru PNS dan itupun sudah memasuki masa pensiun 4 orang. Syukurnya, pihaknya memiliki belasna guru abdi yang cukup inovatif sehingga mampu mengangkat prestasi siswa.
Hanya saja, dirinya tidak menjamin kelanggengan guru abdi ini, di tengah honorariaum yang didapatkan, sangat kecil. Masing-masing guru abdi, sebutnya hanya menerima honor Rp 5 ribu untuk satu jam pelajaran. Dengan raja rata 12 jam mengajar, mereka hanya mengantogi Rp 60 ribu per bulan. “Syukur, para guru PNS yang sangat terbantu dengan keberadaaan guru abdi ini merelakan untuk menyisihkan rezekinya. Sehingga guru abdi setempat menghasilkan Rp 100 ribu per bulannya,” terangnya.
Atas kondisi inipula, pihaknya tidak bisa berbuat banyak jika guru- guru abdi ini datang dan pergi. Maksudnya, banyak guru abdi yang sudah hengkang lantaran sudah mendapat pekerjaan yang hasilnya lebih layak. Disi laian, ada guru abdi bru yang masuk. “Kami hanya memohon agar keberadaaan guru PNS ditambah. Demikian pula, keberadaan guru abdi agar diperhatikan. Setidaknya mendapat tambahaan uang transport, lanataran lokasi sekolah yang cukup jauh.