balitribune.co.id | Denpasar - Relawan dari komunitas Bright Circle Bali menyambangi anak-anak penyitas kanker di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Rabu (27/4). Para relawan itu menaburkan senyum, sekaligus mengedukasi pentingnya bahasa Inggris.
Suasana di ruang Pudak Rumah Sakit Sanglah terdengar riang oleh antusias dan keceriaan anak-anak penyintas kanker pada Rabu siang. Fenomena ini dipicu oleh kedatangan beberapa relawan dari komunitas Bright Circle Bali.
Berbagai kegiatan pun dilakukan untuk berbagi kebahagiaan dan mendoakan para adik-adik yang sedang berjuang dengan penyakit mereka. Beragam agendanya termasuk kelas kerajinan tangan, sesi bermain puzzle dan mengenal bentuk serta warna dalam bahasa Inggris yang dibawakan oleh para relawan dengan riang gembira.
Meski harus terbaring di tempat tidur, tidak mematahkan kelima semangat anak-anak yang menjalani rentetan sesi dengan penuh tawa dan rasa penasaran. Ada total 3 relawan yang datang menyambung kasih kepada anak-anak yang menjadi penghuni Ruang Pudak.
Mereka memiliki tugasnya tersendiri, yaitu ada yang mengajarkan para pasien menganyam, membimbing mereka memecahkan teka-teki puzzle, serta mendongeng dalam bahasa Inggris.
Amalia Anggaristi (23) asal Klungkung, anggota sekaligus pendiri Bright Circle Bali, mengaku bahwa kegiatan ini rutin dijalaninya selama tiga bulan belakangan. Ia ingin membangun keingintahuan anak-anak tentang pentingnya bahasa Inggris sekaligus ikut menghibur mereka yang kurang beruntung.
"Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran kepada anak-anak tentang pentingnya bahasa Inggris. Karena banyak yang memiliki minat tinggi untuk bisa bahasa Inggris, tetapi terhalang kondisi finansial untuk sekolah dan les,” tuturnya, sembari menambahkan,”Kita ingin membukakan akses, bahwa bahasa Inggris juga bisa dijangkau anak-anak seperti mereka, dan kalau mereka mau dan punya keinginan tinggi, hal itu bisa menjadi jalan bagi masa depan yang lebih baik.”
Ia selama tiga bulan terakhir kerap melakukan kunjungan ke rumah sakit dalam misi mencerahkan hari para pasien anak-anak penyitas kanker. "Kita ini selain berupaya untuk menghibur mereka, juga ikut mendoakan agar diberikan kesembuhan. Ada beberapa anak yang sebelumnya di sini, sekarang sudah boleh pulang ke rumah. Hal itu merupakan berita yang sangat membahagiakan bagi kami," kata Amalia.
Selain pasien anak-anak di rumah sakit Sanglah, yang menjadi targetnya juga anak-anak jalanan atau dari desa-desa terpencil, serta anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan yang tersebar dari berbagai wilayah di Bali.
Febby (22), salah seorang anggota Bright Circle Bali menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya berdampak positif bagi anak-anak yang mereka sambangi, tetapi juga kepada relawan sepertinya.
"Tergabung ke komunitas ini seperti membuka dunia saya. Sebelumnya, saya tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak penyitas kanker atau anak-anak jalanan. Tetapi sekarang, saya berkesempatan untuk mengetahui kehidupan mereka. Paham persepsi hidup orang itu berbeda-beda," akunya.
Sementara itu, Nia (19) anggota lain yang diwawancarai oleh Bali Tribune mengatakan bahwa kegiatan ini berpengaruh baik bagi perkembangan psikis anak dan sebagai sumber penyemangat mereka.
Kedepannya, komunitas Bright Circle Bali berharap mereka bisa menjangkau lebih banyak masyarakat luas demi membangkitkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Inggris yang bisa menjadi manfaat bagi generasi muda kedepannya. Karena semua kalangan pantas mendapatkan kualitas edukasi yang sama. Ikuti @brightcirclebali di instagram untuk tahu lebih banyak tentang mereka.