BI: Kebijakan Harus Lebih Kreatif Hadapi Tantangan Global | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 2 August 2016 15:49
habit - Bali Tribune
BI
Agus Martowardojo

Nusa Dua, Bali Tribune

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan para pembuat kebijakan moneter harus lebih kreatif dalam menghadapi berbagai tantangan perekonomian global yang makin beragam.

“Tantangan utama adalah memelihara kesinambungan pertumbuhan ekonomi, dengan menjaga stabilitas sistem keuangan dan moneter, termasuk mitigasi dari pelarian modal,” kata Agus dalam menyampaikan pidato kunci seminar internasional bersama di Nusa Dua, Bali, Senin (1/8/2016).
Seminar internasional bersama Bank Indonesia dengan Federal Reserve Bank of New York bertemakan “Managing Stability and Growth under Economic and Monetary Divergence” ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pertemuan Eksekutif Bank Sentral Asia Timur dan Pasifik (EMEAP) ke-21.
Agus menjelaskan saat ini terdapat tiga tantangan dalam perekonomian global yang membuat bank sentral harus lebih kreatif dan berinovasi dalam membuat kebijakan yang tidak konvensional untuk mengatasi dampak negatif perlambatan.
Tantangan pertama, menciptakan strategi mengejar target pertumbuhan seusai krisis global. Kedua, membuat kebijakan moneter yang optimal dan dapat ditempuh dalam perekonomian yang terbuka. Ketiga, mencapai stabilitas sistem keuangan meski ada keberagaman (divergen) kebijakan moneter dunia.
“Persoalan utama adalah mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, mengatasi masalah pengangguran dan pembangunan kapasitas bersamaan dengan pengambilan risiko sektor keuangan yang terlalu banyak, misalokasi sumber daya dan ancaman ke stabilitas pasar,” kata Agus.
Menurut dia, bank sentral harus mengambil inisiatif dengan membuat kebijakan untuk menjawab segala tantangan stabilitas serta memperkuat fundamental sistem keuangan global yang sesuai dengan perspektif negara maju dan berkembang.
Namun, meski stabilitas sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Agus mengingatkan fokus terlalu banyak ke stabilitas bisa menghambat ekspansi ekonomi dan berisiko terhadap keberlangsungan stabilitas itu sendiri.
“Untuk itu, sangat dibutuhkan keseimbangan dalam mencapai tujuan jangka panjang yang kuat, berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi inklusif, dengan fokus jangka pendek adalah mempertahankan kesinambungan dan stabilitas,” ujar Agus.
Agus menjelaskan Bank Indonesia, sebagai respon menghadapi persoalan global, telah melahirkan bauran kebijakan yang fokus terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, untuk menstimulasi momentum pertumbuhan ekonomi.
“Beberapa kebijakan itu didukung berbagai upaya untuk menjaga volatilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental ekonomi, memperkuat cadangan devisa dan mengelola arus modal asing,” kata mantan Menteri Keuangan ini.
Seminar internasional ini diikuti juga oleh berbagai pembicara seperti President of Federal Reserve Bank of New York William C Dudley, Governor Reserve Bank of India Raghuram Rajan, Chairman of the Swiss National Bank Thomas Jordan dan Deputy Managing Director IMF Mitsuhiro Furusawa.

Seminar yang juga dihadiri oleh mantan Wakil Presiden Boediono serta pimpinan bank sentral EMEAP ini diharapkan bisa menjadi wadah bertukar pikiran antara negara maju dan berkembang untuk mencari solusi dalam menghadapi tantangan global seusai krisis.