
balitribune.co.id | Bangli - Memasuki bulan puasa ternyata berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Desa Penglipuran, Kelurahan Kubu, Bangli. Terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata yang cukup signifikan. Jumlah wisatawan yang berkunjung turun hingga 55 persen dari hari biasanya.
Berbagai strategi diterapkan agar kunjungan tetap stabil. Berdasarkan data, rata-rata kunjungan wisatawan ke Penglipuran selama bulan puasa ini sebanyak 1.200 wisatawan per hari. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan hari biasa yang mencapai 2.700 wisatawan.
Kepala Pengelola Desa Wisata Penglipuran I Wayan Sumiarsa saat dikonfirmasi mengaku terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan bertepatan dengan bulan puasa. ”Kami menilai penurunan kunjungan wisata selama bulan Ramadan sebagai hal yang wajar. Sebab, sejauh ini, desa wisata tersebut didominasi oleh wisatawan domestik (wisdom). Sekitar 85 persen dari total pengunjung merupakan wisdom,” ujarnya, Kamis (13/3).
Kata Wayan Sumiarsa melihat data rata-rata kunjungan wisatawan ke Penglipuran selama bulan puasa ini sebanyak 1.200 wisatawan per hari. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan hari biasa yang mencapai 2.700 wisatawan. Pihaknya merasa bulan puasa tahun ini terasa lebih berat. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah kunjungan kali ini jauh lebih sedikit. “Kunjungan bulan puasa tahun ini dibandingkan tahun lalu, ada trend penurunan 22,32 persen. Sekarang lebih sedikit,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya perlu mendalami lebih jauh penyebab penurunan tersebut. Mereka ingin mengetahui apakah hal ini murni hanya karena bulan Ramadan atau ada faktor lain. Kemungkinan penyebabnya bisa berasal dari internal pengelola atau dampak efisiensi anggaran pemerintah dan lainnya. Sumiarsa mengakui bahwa selama ini Penglipuran sering menerima kunjungan studi banding dari berbagai pemerintah daerah.
Untuk mengantisipasi penurunan kunjungan wisatawan, pihak pengelola menerapkan berbagai strategi. Salah satunya dengan menggelar lomba fashion show se-Bangli yang sekaligus memperkuat budaya Bali. Selain itu, setiap Sabtu, mereka rutin menghadirkan Pasar Pelipurlara, sementara setiap Minggu wisatawan dapat menikmati pementasan seni dari anak-anak Penglipuran di hutan bambu. "Kami juga merancang lomba memasak masakan tradisional yang melibatkan siswa SMK dan mahasiswa," ujarnya.