Denpasar, Bali Tribune
Ancaman terorisme akan terus terjadi dan tidak akan pernah berakhir. Oleh karena itu seluruh aparat keamanan dan masyarakat Bali harus selalu waspada dengan ancaman tersebut. “Pasalnya, masih banyak orang-orang yang memiliki paham-paham radikalisme, orang-orang dengan ajarannya yang tidak sesuai budaya dan peradaban bangsa Indonesia. Bahkan ajaran paham-paham tersebut sudah menembus ke ruang-ruang keluarga melalui media sosial (medsos),” ujar Danrem 163/Wira Satya Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa, SE., akhir pekan lalu.
Penegasan Danrem tersebut juga sempat disampaikan ketika memimpin sertijab Dandim 1617/Jembarana (dari Letkol Inf Sansan Iskandar kepada Letkol Kav Hendra Ferdinandus) dan Dandim 1626/Bangli (dari Letkol Inf Agus Wahyudi Irianto kepada Letkol Inf Susanto Lastua Manurung). Dalam kesempatan itu Danrem juga melantik Letkol Benny Rahadiana sebagai Kasi Ops dan Mayor Inf I Gusti Bagus Wisastra sebagai Kasi Ter Korem 163/Wira Satya di Makorem 163/Wira Satya, Denpasar.
Sertijab merupakan kegiatan biasa yang dilaksanakan di lingkungan TNI AD dalam rangka penyegaran organisasi, pembinaan personel dan satuan. Dengan sertijab tersebut diharapkan bisa mempersiapkan calon-calon pemimpin ke depan. “Serah terima jabatan atau sertijab ini bukan tiba-tiba jatuh dari langit, tapi mereka mendapatkan jabatan itu karena prestasi, dedikasi dan kerja keras selama bertugas di lingkungan TNI AD. Jabatan ini amanah, dihadapan Tuhan mereka harus mempertanggung-jawabkan apa yang bisa dilakukan atau tidak,” tegas Cantiasa.
Di samping itu, jabatan adalah ujian. Di kala menjabat sebagai Dandim harus betul-betul melaksanakan tugas dengan baik, kalau selama menjabat tercela atau melakukan pelanggaran, itu berarti gagal, jadi jabatan itu juga sebagai tantangan. “Setiap jabatan itu pasti ada suka dan dukanya. Kita berharap dengan sertijab ini organisasi di jajaran Kodim dan Korem terus bergerak maju dalam rangka meningkatkan dedikasi dan prestasi kerja,” kata Danrem.
Mantan Dansat 81/Gultor Kopassus ini mengungkapkan, para Dandim di jajaran Korem 163/Wira Satya berbeda-beda dan harus disesuaikan dengan tipelogi wilayahnya masing-masing. Misalnya di Jembrana merupakan titik atensi karena ada Pelabuhan Gilimanuk, banyak pelabuhan tradisional, dan mayoritas masyarakatnya begitu dinamis karena daerah perlintasan dari Jawa ke Bali. “Sehingga Dandim Jembrana harus punya inovasi,” saran Danrem.
Sedangkan, di wilayah Bangli memiliki karakter masyarakat cukup kuat, sehingga sebagai Dandim Bangli walau bukan orang Bali asli, tapi harus mampu beradaptasi, bekerja, dan mampu memetakan zona-zona yang dianggap rawan. “Apa yang selama ini menjadi insiden, kejadian ataupun frekuensi pelanggaran dan ancamannya, harus terus diantisipasi dan membuat solusi dalam penanganannya,” pertintah Danrem yang sudah puluhan tahun bertugas di daerah konflik.