Guru Mesti Beradaptasi di Era Revolusi Industri 4.0 | Bali Tribune
Diposting : 25 November 2019 12:48
Redaksi - Bali Tribune
Bali Tribune/ Dr Drs I Gede Wenten Aryasudha, M.Pd.
balitribune.co.id | Denpasar - Merayakan HUT PGRI ke 74 dan Hari Guru Nasional Provinsi Bali yang mengusung tema "Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan SDM Unggul" berangkat dari tema itulah seorang guru mesti bisa beradaptasi dan apresiasif terhadap perubahan, artinya siap untuk mengikuti perubahan di era revolusi industri 4.0., dalam mewujudkan SDM unggul. Kompetensi profesional juga harus ditingkatkan, artinya guru mesti memiliki kemampuan mengelola pembelajaran di kelas. Hal itu dijelaskan Ketua PGRI Provinsi Bali, Dr Drs I Gede Wenten Aryasudha, M.Pd di Denpasar, Minggu (24/11).
 
PGRI Bali menjabarkan tema itu dalam bentuk  kegiatan yang mengarah pada kegiatan profesionalisme guru seperti lomba karya tulis. Diselenggarakannya kegiatan ini tidak terlepas dari persoalan yang kerap dihadapi guru dalam peningkatan kariernya.
 
"Sesuai dengan peraturan pemerintah yang baru keluar guru mesti memiliki karya tulis. Jadi kalau dulu hanya ketika akan naik pangkat golongan tertentu saja tapi sekarang beda, setiap akan naik pangkat seorang guru mesti memiliki karya tulis," ujar Gede Wenten.
 
Karya tulis yang dihasilkan menurutnya berdasarkan "Best Practise" yaitu pengalaman yang berharga dari guru tersebut bagi pembelajaran, sehingga mampu ditularkan pada guru-guru yang lain.
 
Lantas yang menjadi perhatian khusus dari PGRI Bali bagi profesi guru ke depannya yaitu bagaimana seorang guru bisa meningkatkan profesionalismenya dalam menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 4.0.
 
"Kita kerap melakukan pelatihan bagi para guru agar tidak gagap teknologi. Jadi masyarakat jangan menempelkan stigma jika guru sekarang gagap teknologi," sebutnya.
 
Kekurangan guru juga jadi persoalan klasik, minimnya tenaga guru jadi keprihatinan akibat kurangnya minat generasi muda memasuki profesi guru. Padahal menurut Gede Wenten terbuka luas peluang karier dari seorang guru jika bisa beradaptasi dengan teknologi kekinian, tidak lagi bersifat konvensional.
 
"Guru tidak bisa lagi seperti dagang obat yang hanya itu-itu saja dari tahun ke tahun, tapi guru harus selalu up to date terhadap informasi kekinian," katanya. Ia mengungkapkan, guru yang pola belajarnya masih "Old School" istilah sudah 90 persen telah tergantikan dengan guru-guru muda yang akrab dengan teknologi.
 
Kesejahteraan para guru juga masih jadi persoalan klasik, apalagi masih ditemukan guru honorer khususnya, yang digaji di bawah UMR. Apalagi pekerjaannya sama, tetapi gajinya masih jauh di bawah standar.
 
"Mengatasi hal itu perlu kiranya sinergitas pemerintah, orang tua murid bagaimana caranya memberikan kesejahteraan lebih bagi para guru tersebut," tuturnya lagi sembari berujar peningkatan kompetensi guru mesti diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Ia juga mengingatkan pentingnya kepastian jenjang karir serta perlindungan profesi (hukum) bagi seorang guru.
 
"Jangan sampai nanti ketika guru menegur siswanya malah mendapat intimidasi dan sebagainya, perlindungan profesi penting sekali ketika guru menjalankan tugasnya," tukasnya.
 
Dijelaskan pula oleh Gede Wenten saat ini jumlah guru di Provinsi Bali sebanyak 51.168 l itu yang tercatat di database PGRI. Namun karena PGRI organisasi sosial, jumlah itu termasuk guru yang sudah pensiun. Jadi sepanjang mereka tidak keluar dari oraganisasi mereka tetap tercatat sebagai anggota.