balitribune.co.id | Gianyar - Hujan ektrim di bulan Desember ini berdampak ke berbagai sektor. Tak terkecuali di sektor pertanian. Tidak hanya tanaman padi jelang panen yang rusak, irigasi pun banyak yang tersumbat. Dari pendataan sementara, sedikitnya 13 hektar lahan sawah terdampak dan tidak terairi air.
Plt Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian, Distannak Gianyar, Dewi Maryani, Kamis (12/12) menjelaskan dari laporan penyuluh pertanian terdapat tiga titik yang saluran irigasi mengalami kerusakan akibat hujan dan luapan air. Tiga titik tersebut ada di Subak Delod Desa, Desa Samplangan, Gianyar yang irigasinya jebol. Jebolnya irigasi ini terdampak pada sekitar 10 hektar lahan sawah. Selanjutnya saluran irigasi di Banjar Angkling, Desa Bakbakan Gianyar jebol. Jebolnya saluran irigasi ini berdampak pada 3 hektar lahan sawah. Sedangkan titik ketiga yang jebol adalah di Subak Kumba, Tampaksiring. "Yang di Subak Kumba, kerusakan pada tanggul penahan. Airnya masih mengalir normal. Hanya saja saluran airnya menjadi tidak terkendali karena penahannya jebol," jelas Dewi Maryani.
Untuk penanganan kerusakan saluran irigasi tersebut, masih dikoordinasikan dengan instansi terkait terutama di PUPR Gianyar. Koordinasi ini untuk menghitung nilai kerugian dan nilai perbaikan yang akan dilakukan.
"Untuk sementara, kami sangat berharap warga subak bergotong royong dulu untuk mendapatkan air irigasi. Sedangkan untuk perbaikan permanen akan diusulkan ke instansi terkait guna mendapat perbaikan," jelasnya.
Kerusakan saluran irigasi ini hanya berdampak saat kemarau, sedangkan saat musim hujan lahan sawah masih bisa mendapatkan suplai air.
Dikatakan saat ini sebagian besar lahan sawah sudah pada masa perawatan dan sudah selesai masa tanam. Sehingga kerusakan pada bibit yang ditanam relatif sedikit.
"Kami belum mendapat informasi kalau ada lahan sawah yang tergenang dan merusak padi yang baru di tanam," jelasnya.
Di sisi lain, warga subak sudah terbiasa menghadapi dan melakukan penanggulangan luapan air saat musim hujan.