BALI TRIBUNE - Jembatan darurat yang dipasang di atas badan Tukad Panti, di Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, mulai rapuh. Warga was-was untuk melintas di jembatan darurat yang dibuat warga pasca terputusnya akses jalan yang menghubungkan dua banjar atau dusun di desa ini yakni Banjar Griana Kangin dan Banjar Griana Kauh, akibat terjangan banjir lahar dingin yang terjadi sat erupsi Gunung Agung 2017 lalu.
Memang awalnya tidak ada jembatan di sungai ini, karena sungai ini merupakan tukad mati yang sekaligus dipakai sebagai jalan yang menghubungkan dua dusun tersebut. dan terjangan banjir lahar dingin yang terjadi itu menyebabkan jalan yang melintasi sungai Tukad Panti ini tergerus cukup dalam yakni hingga empat meter. Warga kemudian sangat kesulitan untuk melintas, apalagi jalur yang melintasi sungai ini merupakan satu-satunya jalur evakuasi warga setempat dan warga yang tinggal diatasnya jika terjadi erupsi Gunung Agung.
Selaian menghubungkan dua banjar jalan ini juga sangat penting karena menghubungkan beberapa Banjar dan Desa diataasnya seperti Desa Amerta Bhuana dan Sebudi. Sebelumnya Pemkab Karangasem dalam hal ini Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa sempat datang untuk meninjau jembatan darurat tersebut. Namun sayangnya hingga saat ini sama sekali belum ada upaya perbaikan terhadap jembatan darurat yang sudah rapuh itu, apalagi membuat atau membangun jembatan permanen.
Untuk diketahui jembatan darurat yang merupakan swadaya masyarakat setempat bersama staf Kedesaan Duda Utara ini sudah dua kali diganti. Jembatan yang dibuat pertama dengan menggunakan bahan bambu namun belum lama dibuat jembatan darurat itu hilang karena hanyut terbawa terjangan banjir lahar dingin. Pasca banjir lahar dingin, secara swadaya masyarakat kembali membangun jembatan yang sama dengan menggunakan bahan kayu dan bambu sehingga jembatan itu bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki.
Memang keberadaan jembatan ini sangat vital bagi masyarakat di desa ini, selain menjadi perlintasan siswa yang berangkat kesekolah, jembatan ini juga menjadi akses evakuasi warga jika terjadi erupsi atau dalam keadaan darurat. “Banyak anak anak SMP ini berasal dari Geriana Kauh, Santi, Abian Tiing, Sukaluwih, Muntig bahkan Sebudi sekolah di SMPN 3 Selat. Mereka setiap hari melalui jembatan darurat,” ujar Jro Mangku Diatmika, Kubayan Desa Pakraman Geriana Kangin.
Untuk itu dia dan warga lainnya berharap agar pemerintah segera membangunkan jembatan yang lebih bagus agar tidak membahayakan warga yang melintas. “Kami berharap Pemkab Karangasem bisa membagun jembatan, karena ini merupakan bencana alam mestinya ada penanganan cepat,” pintanya.