Mahasiswa Desak Peniadaan Iklan Rokok | Bali Tribune
Diposting : 30 May 2016 12:37
Valdi S Ginta - Bali Tribune
KTR
AKSI ANTI ROKOK – Sejumlah mahasiwa Ilmu Kesehatan Masyarakat melakukan aksi anti roko di bundaran Puputan Badung, Sabtu (28/5), mereka mendesak peniadaan iklan rokok

Denpasar, Bali Tribune

Serangkaian Hari Tanpa Tembakau, Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana (Unud) menggelar aksi peniadaan iklan rokok di bundara Lapangan Puputan denpasr, Sabtu (28/5).

Kesempatan tersebut, mereka mengatakan propaganda dan promosi produsen rokok secara jangka panjang telah menjadikan wanita, remaja, bahkan anak-anak sebagai target sasaran baru. “Industri rokok sudah melakukan propaganda melalui iklan dan promosi. Dampaknya, Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia dalam hal jumlah penduduk perokok terbanyak, selain India dan Cina. Dengan didominasi oleh perokok pria dewasa 68 persen, artinya 6 sampai 7 dari 10 orang dewasa adalah perokok.” Kata Ketua Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unud, Ngakan Putu Anom Harjana.

Menurut Harjana, Perda KTR No.10 Tahun 2011 sangat kontradiktif, jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tidak membuat peraturan tertulis terkait iklan rokok di luar ruangan. Pasalnya, salah satu penyebab meningkatnya jumlah perokok pemula di Indonesia khususnya Bali adalah masih banyaknya iklan rokok yang dipajang di luar ruangan.

“Iklan rokok masih menjadi masalah besar. Masih banyak iklan rokok yang merajalela dan secara agresif ada di mana-mana. Untuk itu, kami mendorong pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten-kota untuk segara membuat peraturan tertulis terkait larangan iklan rokok di media luar ruangan,” katanya.

Namun demikian, Perda TKR No.10 Tahun 2011 dinilai sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat. “Kami sangat mengapresiasi adanya Perda KTR ini, dan selama ini sudah dilaksanakan secara maksimal,” katanya dalam aksi yang dihadiri ratusan mahasiswa Ilmu Kesehatan dari berbagai universitas di Denpasar dan Badung ini.

Harjana menambahkan, dampak dari paparan iklan rokok ini mulai terlihat dengan meningkatnya jumlah perempuan perokok. “Ini mulai mengkhawatirkan karena jumlah perempuan perokok meningkat. Secara nasional jumlah perempuan perokok yakni 2,5 persen. Untuk Bali menempati urutan kelima tertinggi dengan jumlah 5,5 persen,” pungkasnya.