Mangupura, Bali Tribune
Kamar rawat inap di RSUD Mangusada Badung ‘overlaod’. Akibatnya, sejumlah pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit plat merah itu, terpaksa harus menjalani perawatan di lorong, tepatnya di depan ruang UGD. Kondisi ini sontak saja dikeluhkan para pasien, pasalnya dirawat dilorong sangat tidak nyaman terutama bagi pasien yang butuh kesembuhan.
Ni Ketut Miasningsih, seorang penunggu pasien menuturkan, anaknya Ni kadek Mila Dwivany (10) mulai dirawat di lorong sejak Sabtu (26/3) lalu dan sampai kemarin belum mendapatkan kamar. “Ya, belum dapat kamar. Kalau ada kamar kosong, nanti baru katanya pindah ke kamar,” ujarnya saat menunggu anaknya yang terbaring di depan UGD karena terkena DBD. “Anak saya kena DB. Jadi harus diinfus,” sambung ibu paruh baya asal Gianyar ini.
Selama dirawat, Miasningsih mengaku menggunakan BPJS Kesehatan. Karena menghuni lorong, ia belum mendapat informasi dari pihak rumah sakit, apakah dikenai tambahan biaya atau tidak. “Dirawat di sini (lorong,-red), tetap dikenakan biaya atau tidak. Belum ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit. Dan saya berharap dapat kamar,” tandasnya.
Pihak rumah sakit sendiri tak menampik sejumlah pasiennya dirawat dilorong lantaran kamar rawat inap penuh. “Ya pasien DBD terus bertambah, jadi kami kekurangan kamar,” sebut Kabid Pelayanan RSUD Mangusada Badung, dr. Made Nurija dihubungi terpisah, Minggu (27/3).
Pasien yang dirawat dilorong, kata dia, akan pindah ke kamar apabila ada pasien yang pulang. “Sementara dirawat di sana dulu. Nanti kalau sudah ada yang pulang baru kami naikan ke kamar,” katanya, sembari menyebutkan meski dirawat di luar, pasien tetap mendapat pelayanan kesehatan secara baik. “Untuk pelayanan tetap sama,” sambungnya.
Saat ini, Nurija mengatakan jumlah pasien meningkat tajam lantaran banyaknya masyarakat yang terjangkit DBD. Pasien DBD bahkan mendominasi. Rata-rata perhari bahkan ada 20 pasien sampai 25 pasien yang masuk UGD. “Pasien DBD banyak, makanya kami beri tambahan bed,” tukasnya.