Pelatihan Pembutan Cinderamata | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 15 May 2019 20:18
Agung Samudra - Bali Tribune
Bali Tribune/ PELATIHAN - Warga yang mengikuti pelatihan pembuatan cinderamata di Bale Adat Penglipuran.
balitribune.co.id | Bangli - Puluhan warga di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli mengikuti pelatihan pembuatan  cinderamata, di Bale Adat Penglipuran, Kelurahan Kubu, Bangli. 
 
Kabid  Bina Objek Dinas  Kebudayaan dan Pariwisata Bangli I Wayan Bona mengatakan, sejauh ini wisatawan yang datang ke desa tradisional Penglipuran hanya sekadar melihat-lihat  keunikan rumah tradisional dan foto- foto, kemudian setelah puas wisatawan langsung pergi tanpa membawa cenderamata  khas Penglipuran  sebagai kenang- kenangan. “Selama ini peluang bisnis ini tidak diakomodir masyarakat, sehingga topik  ini kami jadikan  makalah dalam diklat  kepeminpinan tingkat tiga provinsi Bali,” ujarnya,Selasa (14/5).
 
Lanjut I  Wayan Bona, sebagai bentuk penjabaran dari makalah yang diangkat, maka pihaknya  menggandeng warga  Kelurahan Kubu  untuk mengikuti pelatihan pembuatan cinderamata khas Penglipuran. “Masing-masing banjar diambil lima perwakilannya, total jumlah perserta pelatihan sebanyak 20 orang,” ungkapnya.
 
Pelatihan berlangsung selama dua hari, proses pembelajaran perserta pelatihan dipandu instruktur yang memang memilki kapasitas dibidang pembuatan cinderamata.Untuk kegiatan ini pihaknya menggandeng Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bangli.Kedepannya peserta yang mengikuti pelatihan diharapkan  bisa membentuk kelompok,sehingga  mendapatkan ruang baik  dari segi permodalan, pelatihan-pelatihan dari pemerintah. 
 
Salah seorang peserta pelatihan Komang Oktaviani mengaku baru pertama kali mengikuti pelatihan pembuatan cideramata.Keseharian  Komang Oktaviani membantu membuat minuman khas Penglipuran yakni loloh cemcem. “Kalau melihat peluang sangat terbuka, apalagi sejauh ini belum ada yang menjual produk kerajinan khas Desa Penglipuran,” ungkap wanita asal Desa Penglipuran ini.
 
Materi pelatihan yang diajarkan baru sebatas membuat gantungan kunci  berbahan bambu. “Kami berharap pelatihan semacam ini bisa dilakukan secara rutin, sehingga  dari pembelajaran yang didapat  kami dapat  menghasilkan  produk seni yang lebih beragam,” ujar Komang Oktaviani.