Petani kaldera Danau Batur Kesulitan Dapatkan Bahan Bakar | Bali Tribune
Diposting : 13 September 2022 19:03
SAM - Bali Tribune
Bali Tribune / Aktitas petani di kaldera Gunung Batur

balitribune.co.id | BangliKondisi delematis dihadapi petani dikawasan kaldera Danau Batur, Kecamatan Kintamani. Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) justru kini petani kesulitan mendapatkan BBM baik jenis Pertalite maunpun Pertamax yang digunakan menggerakan mesin pompa air untuk menyiram tanaman jenis holtikultura. Hal tersebut diungkapkan salah seorang petani, Gede Koyan Eka Putra, Selasa  (13/9).

Kata Gede Koyan, sebelum naiknya harga, para petani tidak begitu kesulitan dapatkan bahan bakar. Namun kondisi berbanding terbalik tatkala harga naik justru petani sulit dapatkan BBM.

”Sebelum kenaikan harga, petani dengan mudah membeli minyak di kios-kios, namun kini banyak kios tidak lagi jual minyak,” ujar mantan anggota DPRD Bangli ini.

Dari informasi yang didapat kini ada pembatasan untuk pembelian minyak atau pelarangan beli minyak gunakan grigen. Sebelumnya pemilik kios masih bisa membeli minyak di pom bensin gunakan grigen.

”Kondisi ini sangat dirasakan petani, karena untuk dapatkan minyak harus jauh-jauh ke pom bensin,” ujar pria asal Desa Buahan, Kecamatan Kintamani ini.

Dalam sehari rata rata petani habiskan bahan bakar untuk gerakan mesin pompa air kisaran 5-7 liter per hari.

Kesulitan juga dirasakan oleh masyrakat khususnya  yang tinggal dikawasan balik bukit yang jarak tempuh ke pom bensin sangat jauh

“Kami berharap ada semacam solusi yang diberikan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat khususnya para petani yang ada di wilayah kaldera batur dan balik bukit,” harap Gede Koyan Eka Putra.

Terpisah Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Made Alit Parwata saat dikonfirmasi mengatakan untuk penggunaan bahar bakar jenis solar dan juga minyak tanah pihaknya memang sudah ada mengeluarkan rekomendasi. Contohnya untuk penggunaan solar pada mesin traktor. 

Sedangkan untuk pertalite maupun pertamax pihaknya mengaku belum berani mengeluarkan rekomendasi. "Kami masih koordinasikan hal ini," jelasnya singkat.