Puri Peguyangan Gelar Upacara Atma Wedana dan Mepandes | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 November 2024
Diposting : 8 July 2016 12:01
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
mapandes
MEPEED - Prosesi mepeed untuk ngangget don bingin serangkaian karya Memukur dan Mepandes yang, diikuti para kerabat Puri Peguyangan, para pengiring, serta warga sekitar, berlangsung khidmad dan semarak, Kamis (7/7).

Denpasar, Bali Tribune

Puri Peguyangan, Denpasar Utara, menggelar upacara Atma Wedana (Memukur) dan Mepandes (Potong Gigi), yang puncak upacara dilangsungkan pada Minggu (10/7) mendatang. Untuk tetap menjaga dan memupuk kedekatan dengan warga, dan kerabat puri, maka dalam upacara ini juga merangkul sejumlah pengiring dari kalangan masyarakat Peguyangan dan sekitarnya.

Sedikitnya ada 55 pengiring serta 65 orang ngiring yang ikut dalam upacara mepandes ini. Panglingsir Puri Peguyangan, yang juga generasi penerus Puri Peguyangan, AA. Ngurah Gede Widiada, menjelaskan Upacara Atma Wedana Puri Peguyangan tahun 2016 ini, pada intinya merupakan wujud rasa bhakti kepada leluhur terutama mendiang AA. Putu Agung Tirta.

Dijelaskan Gung Widiada, AA. Putu Agung Tirta, dikenal sebagai sosok perempuan yang kokoh memegang komitmen dalam perjuangan, terutama saat terjadi Serangan Umum Kota Denpasar. Dalam situasi heroic kala itu, AA. Putu Tirta pun tak luput mengemban tugas sebagai penerus puri Peguyangan agar senantiasa dekat dengan mayarakat.

“Saya sebagai penerusnya, melihat AA Putu Agung Tirta sebagai sosok wanita pejuang yang sangat kokoh, serta mempunyai komitmen yang sangat kuat baik dalam mempertahankan kemerdekaan maupun menjaga tradisi puri,” terang AA. Ngurah Gede Widiada ditemui di sela prosesi “ngangget don bingin”, Kamis (7/7) kemarin.

Dikatakan Gung Widiada, AA Putu Agung Tirta merupakan teman bermain Prof. I Gusti Ngurah Bagus yang selalu dekat dengan para pejuang Denpasar tatkala penjajahan pasukan NICA, diantaranya, Ida Bagus Japa (Kakak mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. IB. Mantra, AA. Kusuma Yudha, serta Made Pugeg. Dalam kondisi seperti itu, AA. Putu Agung Tirta berperan sebagai kurir (pengantar surat) di tengah perjuangan menghadapi serangan umum Denpasar.

AA Putu Agung Tirta pun sampai tak sempat memikirkan dirinya dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Terlebih AA. Putu Tirta juga sebagai janbanggul di Pura Desa yang dinilainya sebagai tugas social religius. “Saya mendapat nilai keteladanan dari beliau (AA. Putu Agung Tirta) untuk terus menjaga dan membina hubungan baik dengan masyarakat, Puri, serta pemerintah,” tandas AA. Widiada yang juga anggota DPRD Kota Denpasar ini.

Dalam karya Atma Wedana dan Memukur yang mengambil tingkatan utama ini, seluruh biaya ditanggung secara bersama-sama dalam bentuk partisipasi pengiring sehingga tidak memberatkan. “Pengiring pun memandang partisipasinya sebagai wujud penghormatan dan rasa baktinya kepada leluhur,” ucap Widiada.