BALI TRIBUNE - Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali I Nengah Tamba menilai Erupsi Gunung Agung yang terjadi saat ini merapuhkan pariwisata sehingga perekonomian Bali terpuruk. “Kita sangat prihatin dengan musibah Gunung Agung, ini harus dijadikan moment “Mulat Sarira” bila kondisi ini berlangsung tiga hingga enam bulan dipastikan pariwisata kita akan terpuruk sekali,” kata Tamba melalui selulernya di Denpasar, Minggu (10/12).
Kondisi ini diperparah dengan ditutupnya Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang beberapa saat lalu sempat buka tutup, bahkan hingga kini kondisi belum bisa dikatakan kembali normal. Diakui Bandara Ngurah Rai sebagai pintu gerbang masuknya wisatawan ke Bali memiliki peran penting bagi kedatangan wisatawan di Bali. Tapi belajar dari fenomena alam Gunung Agung sudah selayaknya pemerintah memikirkan alternatif lain selain Bandara Ngurah Rai yaitu mendorong pembangunan pelabuhan kapal pesiar (Cruise) di beberapa pelabuhan yang ada di Bali.
“Pelabuhan Cruise juga bisa mendatangkan wisatawan selain bandara, apalagi selama ini toh bandara tidak memberikan kontribusi terhadap pemerintah daerah, kita dorong saja pelabuhan Cruise,” tutur Tamba. Disebutkan Tamba berdasarkan data BPS jumlah wisman yang datang melalui pelabuhan laut pada bulan Oktober 2017 naik sembilan kali lipat dibandingkan bulan September 2017 atau 2.822 kunjungan pada bulan Oktober.. “Kenaikan wisatawan melalui pelabuhan laut kalau dilihat dari data BPS sebenarnya cukup signifikan, ini yang perlu didorong sebagai alternatif meraup wisatawan,” tandasnya.
Tidak larut dalam kesedihan semua komponen di Bali diajak bersatu, eksekutif, legislatif dan kalangan yang bergerak dalam bidang pariwisata tidak bisa tinggal diam. Diakui atau tidak erupsi Gunung Agung imbasnya lebih dahsyat dibandingkan musibah Bom Bali, karena bom bisa meledak di berbagai negara sementara bencana alam yang diakibatkan letusan gunung berapi tidak akan bisa dijangkau dengan pasti oleh kalangan intelektual maupun teknologi yang canggih kapan akan terjadinya.
“Keamanan kita bisa jamin dengan teknologi yang sudah berkembang, apalagi di Bali didukung kekuatan masyarakat, berbagai element dan kekuatan desa pakraman. Tsunami dan gempa di Jepang saja sulit diprediksi dengan pasti padahal mereka punya alat canggih apalagi kondisi kita di Bali,” ujarnya sembari menjelaskan mengapa pemerintah pusat belum melakukan upaya recovery untuk pariwisata Bali, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Bali, upaya kearah sana masih dilakukan secara parsial, kekuatan rill mengorganize kearah situ belum ada, nanti kita serahkan kepemerintah.