Gianyar, Bali Tribune
Meski luas dan potensi laut Gianyar berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun hasil tangkapan ikan terus menurun. Kondisi ini terjadi lantaran cuaca yang kurang mendukung dan diperparah lagi dengan biaya serta resiko yang harus dihadapi para nelayan. Syukurnya, program ansuransi nelayan kini mulai memberi harapan baru dan semangat para nelayan bangkit lagi.
Kadek Ana, Ketua Kelompok Nelayan Lebih yang ditemui, Selasa (20/9), menyebutkan bahari Gianyar sesungguhnya menjadi wilayah sarang ikan. Karena kondisi geografis dasar lautnya berkarang. Namun, pihaknya selalu dilanda musim paceklik ikan lantaran cuaca ekstrem. ”Kami bertahan sebagai nelayan, karena tidak hanya sekedar menangkap ikan. Namun ada tanggungjawab secara spiritual yang wajib kami jalani secara turun temurun,” ungkapnya.
Dengan kondisi itu pula, diakuinya banyak warga pesisir yang tidak memiliki ikatan tradisi dan spirit, enggan menjadi nelayan dan memilih ke sektor lainnya. Akibatnya, perahu-perahu di pesisir pantai tampak seperti barang pajangan, jarang turun ke laut. “Karena dengan cuaca belakangan ini, kami melaut dengan mengandalkan keberuntungan. Syukurnya, harga ikan tetap menggiurkan,” tambahnya.
Kini semangat baru, diakui muncul lagi menyusul pemerintah menurunkan program asuransi nelayan. Namun kepesertaan ansuransi ini diharapkan tidak menimbulkan konflik internal. Maksudnya, dalam proses prioritasiasi kepesertaan, Pemkab Gianyar diharapkan benar-benar transparan. ”Menghindari kecemburuan antara nelayan, kami harapkan pemerintah tidak tebang pilih, ” harapnya.
Secara terpisah, Kadis Peternakan Perikan dan Keluatan Gianyar IB Sudewa menegaskan bahwa proses validasi calon kepersertaan ansuransi nelayan dipastikan sesuai dengan petenjuk teknis yang ada. Dan dari pendataan, pihaknya mencatat ada 739 nelayan di Gianyar yang terbagi dalam 25 kelompok. Dari jumlah itu baru 602 orang yang mengantongi Kartu Nelayan. “ Untuk tahap pertama, kami sudah mengajukan 153 nelayan dan kini yang sedang dalam proses di verifikasi dan validasi di pusat, “ terangnya.
Lanjutnya, target kepesertaan ansuransi Nelayan di Gianyar adalah 500 peserta dari keseluruhan nelayan. Pihaknya getol memperjungkan nelayan agar masuk sebagai peserta, karena nilai manfaat yang didapatkan dari premi asuransi tersebut cukup besar, dimana untuk kematian mendapatkan Rp 200 juta, cacat tetap Rp 100 juta dan ditanggung biaya pengobatan sebesar Rp 20 juta. “ Bahkan nelayan yang meninggal dunia di luar aktivitas penangkapan ikan, juga mendapatkan biaya santunannya Rp 160 juta, cacat tetap Rp 100 juta, dan biaya pengobatan Rp 20 juta, “ terangnya.
Namun, Sudewa mengaku belum bisa menjawab harapan para nelayan agar program itu terus berlanjut dengan pembiayaan dari pemerintah. Karena dari informasi yang diterima, untuk tahun kedua, nelayan mesti membayar secara mandiri. “ Kami belum bisa menjelaskan, karena dari pemerintah pusat sendiri, belum dijelaskan, nilai yang harus dibayarkan di tahun kedua,” pungkasnya.